M.A.M 2/46: The Last Mission I.

6.2K 533 34
                                    

Ignatius POV

Malamnya kami hendak kembali ke rumah, setelah makan bersama bibi aku jadi semakin tak sabar untuk pulang ke Kota Utara.

Aku sama sekali tidak tau kenapa kekasihku tiba-tiba menjadi pendiam setelah kembali dari berpergiannya bersama Ben, temannya. Sudah kutanyai Richard tentang apa saja yang terjadi disana, tapi katanya semua baik-baik saja.

Aneh rasanya, tapi tidak juga. Karna aku yakin dia sedang memikirkan sesuatu, seperti biasa.

Mungkin dia sedih kalau temannya tidak akan di negara ini lagi, atau ada hal lain yang aku tidak tau. Aku tidak ingin bertanya, kata orang lebih baik mendiamkan seseorang yang sibuk berpikir.

Malam ini adalah rencanaku yang terakhir, tapi suasananya tidak enak begini.

Saat berhenti di lampu merah, aku melihat sebuah bioskop besar didepan sana. Ada film baru yang akan mereka tayangkan. Aku tidak tau pasti itu film apa. Ngomong-ngomong, apa aku pernah membawa Astley nonton bioskop? Aku tidak ingat pernah membawanya.

Ku gerakkan tanganku dan memegang pipi Astley sampai dia menoleh dan melihatku.

"Akhirnya kau menatapku."

Tapi dia tidak berkata apa-apa. Apa yang sebenarnya kau pikirkan, hm? Andai aku bisa bertanya seperti itu, aku tidak mau egois.

"Kita ke bioskop?" Tawarku.

"Bioskop?"

Aku mengisyaratkan Astley pada bioskop didepan sana. Dia langsung membelalakkan matanya metika melihat film yang akan ditayangkan. Dia pasti senang, hah! Aku pria yang romantis.

"Itu film horror, Ignatius."

"Film horror? Oh, aku tidak tau..."

"Kau payah."

Dia malah kembali menoleh ke sisi lain sambil melipatkan tangannya. Kulihat dari kaca, Richard menahan tawanya.

"Seeing a red bunny in the hole, Richard?"

"Um.. sorry..."

Aku tidak mengerti, apa yang salah. Siapa yang akan mengira poster sebuah rumah tua ditengah hutan mati dan ada bayangan gantungan kaki didekat pohon itu adalah film horror? Semua orang akan mengira itu adalah film detektif atau semacamnya.

Apa yang sebaiknya aku lakukan? Jika keadaan terus begini, maka rencanaku akan gagal.

Lalu kulihat lampu sorot yang menuju langit bergerak-bergerak dari kejauhan, seperti ada sesuatu yang menarik disana. Biasanya itu menunjukkan kalau ada semacam festival atau tempat bermain.

"Richard, do you see those light upon the sky? Follow them."

"Alright."

"Untuk apa? Ayo kita pulang saja" gumam Astley.

"Kau tidak penasaran? Jangan akhiri malam dengan cepat."

Ketika lampu kembali hijau, mobil langsung melaju mengikuti arah cahaya itu. Kami sampai ke sebuah area terbuka luas yang dipenuhi oleh banyak orang. Di area ini ada bazar dan beberapa wahana. Puncaknya ada pada bianglala besar disepan sana, rollercoaster sederhana, dan banyak lainnya.

Aku hanya tertarik dengan bianglala di dekat jembatan besar yang menghubungkan Kota tengah dengan Kota Barat.

Aku mencuri pandang ke Astley. Dia terlihat sangat antusias sekali, seakan ingin cepat-cepat melompat keluar mobil dan langsung menjelajahi seluruh area itu.

"Kita kesana?" Tanyaku.

Astley mengangguk, "Ayo kesana!"

Kami turun dari mobil setelah mendapatkan tempat parkir di area yang berbeda. Meskipun ada aku, namun tetap aku memerintah Richard untuk mengawasi Astley. Ini tempat terbuka dan ramai, aku hanya tidak mau terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan.

Mine Are Mine (BXB)Kde žijí příběhy. Začni objevovat