M.A.M 2/48: The End.

8.5K 562 33
                                    

"Bagaimana bisa kau mempersiapkan ini sebelumnya, Ignatius?" Tanyaku pada calonku itu melalui panggilan telepon.

"Aku tidak melakukannya seorang diri."

Begitulah jawabnya, pria berkelahiran Kota Utara itu ternyata menyiapkan banyak kejutan untukku. Pagi sekali bahkan dia sudah mendatangkan banyak orang yang sudah ia sewa berminggu-minggu lalu hanya untuk menyiapkanku. Saat ini aku sedang di rias, dengan Richard yang duduk di sampingku untuk menemaniku.

"Kau dimana? Kenapa tidak disini bersamaku?"

"Bukankah itu tradisi? Kita tidak akan bertemu."

"Aku tidak percaya kau mengikuti tradisi lama, Ignatius."

"Aku hanya menyiapkan pasukan tambahan, aku tidak mau ada yang mengganggu. Kau akan diantar ke bandara dengan beberapa orang yang sudah ku kirim. Tetap dekat dengan Richard."

"Baiklah."

Dan panggilan itu berakhir. Aku kembali melihat cermin di depanku, yang memperlihatkan seorang laki-laki berpakaian serba putih. Entahlah, tiba-tiba saja hatiku sangat tidak tenang. Aku gugup.

"Is there somethings wrong?" Tanya Richard.

"I just... nervous all of sudden..."

Dia mengambil air putih yang belum ku sentuh sama sekali di meja, dan menyodorkannya padaku. "It's normal."

Lalu aku mengambilnya dan meminum air putih itu, "It's not normal. I've seen your bos everyday, everytime. But now..."

"It's normal, Astley. You'll feel the uncomfortable when you thinking about it, about the wedding, the people, and the perfectness."

Benar, aku memikirkan tentang jalannya acara itu. Aku juga takut membuat kesalahan yang bisa berakibat fatal. Aku tidak mau pernikahan ini tidak sempurna, karna itulah keinginan Ignatius dan aku. Dia telah menyiapkan ini sejak lama, dan aku tidak bisa merusaknya begitu saja.

"Ah, you're thinking about it again" Richard memetik tangannya di depan mataku sampai aku melihatnya lagi.

Namun aku yakin, semuanya akan berjalan dengan lancar. Sampai aku selesai dirias, aku bangun untuk melihat penampilanku dari jauh.

"Aku tidak percaya ini terjadi" gumamku sambil berputar sekali di depan cermin.

"Anda terlihat sangat cocok dengan pakaian yang telah di dipesan Mr. Aige" sahut sang penata busana.

"Dia memesannya?"

Wanita itu mengangguk, "Pakaian pernikahan kalian telah di pesan 3 minggu lalu."

Aku syok sekali, bahkan jika ku ingat-ingat lagi, pria itu tidak pernah membawaku ke butik untuk melakukan pengukuran. Bagaimana bisa dia memesankan baju ini yang begitu pas di tubuhku?

Mine Are Mine (BXB)Where stories live. Discover now