M.A.M 2/42: Before It Ruins Everything Good.

6.7K 612 25
                                    



Aku tidak mengerti sama sekali, kenapa Astley menangis.

Richard tidak mengatakan lebih dari itu. Katanya Astley diam-diam menangis tanpa suara ketika di perjalanan pulang. Ah sial, aku tidak suka mengetahuinya, apalagi melihatnya menangis. Karna selama ini, aku tidak pernah membuatnya menangis.

Bukankah aku pria yang romantis?

"Aku akan berangkat besok atau lusa" kataku pada White yang duduk di sofa ruang keluarga, dia tengah sibuk bermain handphonenya.

Dia tidak mendengarkanku.

"White."

"Hah? Ah, kakak memanggilku? Ada apa?"

Aku mengerutkan dahi, "Ada apa denganmu? Wajahmu itu. Apa kau menangis?"

"Tidak, siapa bilang? Kau salah lihat. Tadi apa yang kakak katakan?" Dia bangun sambil mengusap seluruh wajahnya lalu berdiri didepanku.

"Aku akan berangkat besok, atau lusa."

"Ke panti asuhan?"

"Ke Kota Tengah."

White mengangguk, sesekali dia melihat handphone. Sepertinya dia sungguh sedang sibuk akan sesuatu, sesuatu yang membuatnya terlihat terburu-buru, sesuatu yang tidak ku ketahui.

"Baiklah, aku akan menyiapkan segalanya lagi. Kak, aku izin keluar ya?" Tanyanya.

"Malam begini? Kau mau kemana?"

"Kak Tobi... dia mengajakku... jalan jalan! Dia mengajakku jalan-jalan!"

Ada yang aneh dengan anak ini, baiklah jika dia dan Tobi semakin dekat, tapi aku tau bagaimana adikku. Jalan-jalan malam begini dengan orang lain? Bahkan jika aku ajak saja dia bermalas-malasan. Biasanya dia akan menolak dengan banyak alasan. Kecuali kalau itu makan malam atau pergi ke bioskop.

Jalan-jalan malam...

"Semuanya baik saja, White?" Tanyaku.

"Baik! Semua baik! Kakak tidak perlu khawatir!"

Lihat, itu aneh sekali.

"Baiklah, jangan sampai larut atau aku sendiri yang akan menyeretmu pulang."

Dia mengangguk lalu langsung meninggalkanku begitu saja. Sesuatu pasti sedang terjadi, aku saja yang tidak tau. Tapi tidak mungkin aku memerintahkan Richard untuk memata-matainya seperti biasa, dia sudah besar dan pasti punya privasi sendiri.

Aku tidak mau mengganggunya, tidak sampai aku mengetahui apa yang sedang ia sembunyikan dariku.

Instingku tidak pernah salah.

Kenapa semua orang bersikap aneh. Tadi Astley, sekarang White.
Aku terasa semakin tua saja memikirkan segalanya sendiri.

Aku naik ke atas, lalu kulihat pintu kamarku tertutup. Pasti Astley sedang di dalam. Aku buka dengan perlahan, tidak berniat untuk masuk tapi mengintip ke dalamnya. Aku mendengar suara air, Astley mungkin sedang mandi.
Namun akhirnya, aku masuk menuju kamar mandi. Dia sedang berendam dengan tirainya yang tetutup sempurnya.

"Astley?"

"I-Ignatius?"

Suaranya berubah. Dia pasti sedang menangis.

"Kenapa suaramu seperti itu? Kau menangis, ya?" Saat hendak membuka tirainya, Astley menarik tirai itu dan menahannya sekuat tenaga.

"T-tidak! Astley tidak menangis..."

"Benarkah? Kenapa kau menahan tirainya?"

"A-astley sedang mandi Ignatius..."

Sungguh aneh sekali, dia tidak pernah menutupi tubuhnya kalau sedang berendam, ya emang aku yang minta untuk tidak menutupinya. Maksudku, kenapa sekarang dia bertingkah seperti ini?

Mine Are Mine (BXB)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt