M.A.M 1/16: Our Room, It's Our Room.

13.8K 1.1K 30
                                    

Astley POV

Aku tidak sengaja tertidur saat sampai dirumah. Aku hanya tau, aku bangun dalam keadaan sudah mandi dengan pakaian hitam seksi ditubuhku. Pasti Tuan Aige yang melakukannya.

Dia tidak ada dikasur, sisi lain tempat ini terlihat sangat rapi. Itu berarti dia juga tidak menyentuh sisi lain kasur itu, kecuali aku.

Ku ambil posisi duduk dan mengusap mata ngantukku. Apa yang sedang dilakukannya malam-malam begini? Padahal ini sudah jam 11.30pm. Kalau ini menyangkut pekerjaannya, aku kasihan pada Tuan.

Lagipula aku harus sadar diri dan lebih memikirkan Tuan agar jadi yang lebih baik daripada Noah. Aku akan membantunya!

Dengan diam-diam, aku membuka pintu dan melirik kearah ruang kerja Tuan yang janggal. Aku tidak melihat lampu ruangannya menyala. Lagipula lorong ini tidak begitu terang. Lampu malamnya dinyalakan. Tapi untuk mengeceknya, aku berjalan ke arah ruang kerja Tuan dan mencoba untuk membukanya. Tapi pintunya dikunci.

"T-tuan kemana?"

Lalu aku berbalik hendak turun ke lantai satu. Disini cahayanya sedikit lebuh terang, apalagi diruang keluarga, seakan sedang ada orang saja. Saat aku mendekati tangga, aku mendengar suara Tuan dan beberapa orang lain. Seakan suara itu berasal dari ruang keluarga.

Aku turun dengan mata ngantukku yang berat. Ku lihat disana ada Tuan, White, dan pria bernama Tobias.

Tuan sepertinya sedang memarahi White, "Aku sudah mengatakan padamu, kau tidak boleh pulang larut malam. Meski itu Kanagi, atau rekan-rekanku yang lainnya. Mungkin aku bisa menaruh kepercayaan pada mereka, tapi pada jalanan? Kau tau jalanan malam sangat berbahaya."

"Ge, itu" panggil Tobias ketika melihatku menghampiri mereka.

Tuan Aige berbalik melihatku dengan wajah yang sudah ia rubah, dan merentangkan tangannya, lalu aku berada dalam pelukan Tuan. "Kenapa kau bangun? Apa suaraku terlalu besar?"

Aku menggeleng dan mencari-cari alasan, "A-astley.. haus.."

"Oh benarkah? Robert-"

"Tuan... tidak apa. Astley akan mengambilnya.." Aku melihat Tuan dengan wajah penuh minta maafku karna memotong kalimatnya. Lalu aku melepaskan pelukan Tuan dan pergi berjalan ke arah ruang makan.

Aku mengambil minumku dan duduk dikursi untuk menghabisinya. Yah, aku memang tidak berniat untuk mendengar apa yang sedang terjadi. Tapi Tuan sungguh terlihat khawatir pada White.

"Apalagi Richard memberitahuku kalau Kanagi mencoba melakukan sesuatu apadamu?" Tanya Tuan.

"Tidak! Kau- Ah kau ini mudah sekali terpengaruh dengan informasi tidak jelas!" Pekik White. Ini kali pertama aku mendengar White berbicara seperti itu pada Tuan.

"Yang mana yang tidak jelas, Richard memberitaunya, bukan orang lain yang tidak kukenal."

"Aku katakan, kami sedang bercanda, lalu kakinya menyandung kakiku dan kami terjatuh! Sungguh kak... Aku tidak berbohong."

"Oh benarkah?" Itu suara Tobias.

"Bisa kau tidak ikut campur, kak Tobi?"

"Aku hanya bertanya."

"Lagipula memangnya kenapa jika aku dan kak Kanagi akan melakukan sesuatu? Itu bukan urusanmu, kak. Kau tidak bisa mengaturku lagi, aku bukan anak kecil. Pun aku tidak pernah melarangmu untuk ini dan itu."

Perbincangan mereka sepertinya sangat serius.

"Lalu berakhir seperti saat kau ditolak teman sekalasmu waktu itu? Kau akan menangis seharian dan melakukan hal-hal aneh yang berbahaya, kau tau aku tidak suka melihat patah hatimu yang ekstrem."

Mine Are Mine (BXB)Where stories live. Discover now