M.A.M 1/11: Not A Thing Can Be Shared With.

16.5K 1.2K 56
                                    

"Mmhpp...!"

"Lakukan dengan lidahmu.. Iya, begitu, teruskan."

Aku terkejut menyadari benda milik Tuan Aige yang sangat besar, bahkan lebih dari punyaku atau pria bernama Karlos itu. Punya Tuan seperti ukuran gigantic.

"Mmhh... Mmphh!"

"Ah.. I'm cumming."

Tiba-tiba Tuan keluar dengan banyak didalam mulutku. Aku tidak mengerti yang dikatakan Tuan, mungkin ia bermaksud mengatakan bahwa dia akan kluar.

"Hahh... hahh..." aku mengatur pernapasan setelah mengeluarkan benda milik Tuan Aige dalam mulutku. Bahkan, aku tidak sengaja menelan cairannya.

"Kau menelannya?" Tanya Tuan Aige sambil membantuku berdiri.

"A-Astley tidak sengaja..." ucapku.

"Haha, lucu sekali."

Tuan Aige menggendongku dengan satu tangannya, "Tuan...?"

"Kita akan melanjutkannya di kamar."

Aku menunduk malu. Kami keluar dari ruang kerja Tuan Aige, lalu menuju kamar. Sampainya dikamar, Tuan Aige meletakkanku diatas kasur, sementara ia langsung membuka bajunya.

Lihatlah pemandangan itu, aku melihat tubuh Tuan Aige yang kekar. Ketika Tuan Aige berbalik untuk mencampakkan bajunya, aku menemukan tato disekujur punggungnya yang lebar. Aku tidak pernah menyadari kalau Tuan Aige memilik tato.

"T-tuan... tato itu..."

"Hm? Ah, tato dipunggungku? Itu adalah hadiah ulang tahunku dari ayahku saat umurku 17 tahun. Kau bisa melihat angka 17 dalam penulisan romawi disana" Tuan Aige naik ke kasur dan memperlihatkanku punggungnya.

Aku sangat kagum dengan lukisan aneh dipunggung Tuan. Itu seperti ular kobra, yang melilit pada sebuah tangkai bunga mawar. Lalu dihiasi dengan lukisan-lukisan lainnya. Aku bisa melihat angka 17 dalan penulisan romawi tepat pada sebuah kristal yang ada di kepala ular itu. Tato yang sangat aneh. Aku penasaran kenapa Tuan Aige dihadiahi tato pada umurnya yang ke 17 tahun.

Tanpa sengaja aku menyentuh punggung Tuan, karna benar-benar terlarut memandangi tatonya. Tuan melirikku, lalu menciumiku sampai aku diposisi tidur, tepat dibawahnya.

Kami berciuman cukup lama, namun kali ini berbeda. Lidah Tuan Aige masuk kedalam mulutku, ia mengeksplor seluruh bagian dalam mulutku. Lidah kami bertemu, menari bersama.

Aku bisa merasakan tangan Tuan Aige yang menyentuh dadaku. Ia memainkan putingku meski terbungkus oleh kain baju. Aku tersentak karna gelinya, ia bahkan memilinnya dengan bersemangat. Kemudian tangan Tuan turun mengusap perutku.

Masih berciuman, Tuan menyentuh bendaku dibawah sana. Segera, Tuan Aige melepaskan celanaku hingga aku tidak memakai apa-apa, termasuk baju seksi itu. Ia mencampakkanya ke sembarang arah.

Aku benar-benar telanjang didepan Tuan.

"Lihatlah, kau sangat indah. Entah aku senang melihat bentuk tubuhmu atau marah karna kau tidak mengatur pola makanmu, kau membuatku bingung."

Tuan Aige memciumku lagi, sementara dua jarinya menyelusup ke dalam anusku.

"Mmhpp! Hnggg...."

Rasanya sakit, mungkin karna lukaku. Tapi aku harus membiasakannya. Aku tersentak beberapa kali ketika dua jari Tuan Aige semakin masuk kedalam. Bahkan Tuan Aige menggerakkannya dengan gerakan yang kian lama cepat.

Tubuhku bergetar merasakan jari Tuan Aige didalamku. Ia berhenti menciumku, namun ia menghisap putingku dengan intens.

"T-tuan!... hngg- ahh akhhh...!"

Mine Are Mine (BXB)Where stories live. Discover now