#06 : UKS

6K 319 2
                                    


◃───────────▹


"Sampe lo ngomong dia childish lagi, gue patahin leher lo. Kalo cewek marah intropeksi diri, bukan malah ngatain childish."

Setelah mengatakan itu, meja yang sebelumnya sudah hening sekarang malah terasa akward. Apalagi tatapan Rayan yang datar dan suaranya yang tidak terdengar main-main.

Rayan memutar bola matanya, menatap temannya satu-persatu. Itu membuat Bara menelan ludahnya kasar. Tentu saja Bara tahu jika Rayan sedang menahan emosinya untuk tidak meluap, meski wajahnya tetap datar dan terlihat santai tapi matanya tak bisa berbohong. Kilatan amarah itu terlihat jelas.

Siswa-siswi yang ada di meja sekitar juga sama, beberapa di antaranya ada yang memperhatikan langsung, ada juga yang berbisik-bisik sesekali memperhatikan meja tersebut. Meja yang biasanya ramai dengan canda tawa dan obrolan tidak jelas, sekarang senyap. Menyisakan suara ramai di sekitar meja itu saja.

Tentunya mereka paham, jika hening seperti itu ada sesuatu hal yang membuatnya demikian. Salah satunya, Rayan marah.

Perkumpulan berandal itu memang tidak memiliki nama khusus yang menjadikan mereka satu. Tapi bisa dapat dikatakan pangkat yang paling tinggi disana adalah Rayan, dan selanjutnya adalah Bayu. Cowok yang tak jauh berbeda dari Rayan, bedanya Bayu tidak bisa di ajak bercanda. Cowok yang katanya sedang di luar kota itu terlalu irit bicara.

Itulah mengapa siswa-siswi SMA Bakhtisari tidak ada yang berani macam-macam dengan Rayan, meskipun cowok itu terlihat santai dan tak segan-segan menunjukan sisi humorisnya, tetap saja semuanya masih merasakan takut. Karena Rayan dan Bayu tidak akrab dengan yang namanya memaafkan begitu saja, sekali salah maka terima akibatnya.

Sebenarnya Rayan tidak ada niatan untuk membuat kumpulan seperti ini. Awalnya mereka juga tidak kenal satu sama lain, tapi berawal dari di hukum bersama atau melalui masalah kecil sebelumnya hingga mereka memutuskan untuk bersama. Tidak ada istilah open member disini, siapapun yang ingin bergabung, tentu mereka terima dengan satu syarat; tidak berkhianat.

Jangan kalian pikir orang-orang yang berada di meja ini semua anak bermasalah. Tidak. Banyak anak teladan yang sebenarnya juga ikut bergabung untuk sekedar nongkrong ataupun hal lainnya. Yang membedakannya hanya ketika ada tawuran atau pertengkaran terjadi, anak teladan tidak ikut campur. Juga, tidak semua yang ada dalam perkumpulan inj bisa berkelahi. Sudah di katakan sebelumnya, syarat untuk bergabung hanyalah tidak berkhianat. Selain itu, mau bisa berkelahi atau tidak, mau anak OSIS sekalipun mereka terima.

Asal mau namanya jelek, itu saja resikonya.

"Sorry. G-gue gak bermaksud gitu Ray," ucap Bara.

Rayan berhenti menyeduh minumannya. Mengalihkan pandangannya ke sekitar kantin. "Kenapa sih? Gue gak marah. Lanjutin makan kalian, ngapain lirik-lirik sini. Gak ada yang serius," ujarnya paham dengan situasi.

Setelah berkata seperti itu, barulah perlahan meja sekitarnya kembali ricuh. Termasuk yang duduk di meja ini, semua menghela nafas lega. Mereka sudah mengira hari ini Bara akan tinggal namanya saja, saking seramnya aura yang Rayan pancarkan tadi.

"Lo gak bakal patahin leher gue 'kan?" tanya Bara kembali. Beberapa orang mulai menyibukan kembali dengan menghitung uang dan makan, guna mengalihkan fokusnya karena tidak ingin terkena imbas akibat Bara.

Bucin Berandal Où les histoires vivent. Découvrez maintenant