#26 : Usaha

2K 132 2
                                    

Jangan lupa follow gadiskuningan, vote dan komen💐.

◃───────────▹

Selama Rayan sekolah di SMA Bakhtisari, baru kali ini ia terlihat rapi. Meskipun bajunya tidak di masukkan, tapi kali ini dasi dan kancingnya terpasang rapi. Rambut yang biasanya hanya di sisir sembarang, dirapikan dengan tangan juga di tata rapi.

Dan ini juga kali pertamanya Rayan berdiri dengan tegap di lapangan upacara karena biasanya Rayan baris di tengah-tengah, tujuannya agar bisa jongkok. Atau parahnya, ia sering tidak ikut upacara dan memilih nongkrong di warung belakang sekolah.

"Weh Bos, lo kerasukan apa nih? Rapi bener." Fildan si penganut rapi itu menatap takjub temannya.

Rayan berdecak. "Berisik lo!"

Fildan malah menepuk bahu Rayan. "Bagus terusin, ini baru namanya temen gue."

Tak menjawab, pandangan Rayan tetap lurus ke depan. Sesaat lagi pengibaran bendera akan segera di mulai. Terlihat bukan Rayan memamg jika ia upacara dengan khusyu, tapi kali ini ia akan mencoba menjadi anak baik-baik. Walaupun setengah hatinya yakin tidak bisa mengikutinya dengan baik, mengingat teman-temannya yang tidak bisa diam ini mengikuti upacara.

"Biasanya penampilan gini kalo ada bunda. Gue tebak, pasti bunda lo mau ke sekolah 'kan?" bisik Ciko di barisan belakang.

"Nggak," jawab Rayan singkat.

"Terus kenapa? Lo mau jadi cowok culun?"

Mata Rayan menggerling, menatap tajam Ciko. "Ngomong lagi gue gorok leher lo," kecamnya yang di balas kekehan Ciko.

"Hidup temen lo mendadak gak berwarna." Kali ini Bara yang baris di samping Rayan menyahut.

Harusnya memang baris sesuai kelas, tapi mereka hanya mengikuti kemana Rayan yang berdiri. Lagipula kenapa harus taat jika bisa melanggar? Begitu kata Ciko. Hanya Andre yang barisannya berbeda, itu juga karena beda kelas.

"Bukannya dari dulu gak berwarna?" sahut Fildan mengundang gelak tawa Ciko dan Bara.

Rayan yang di ejek hanya memutar bola mata malas, begitu pula dengan Bayu yang baris di samping Ciko.

"Berwarna kok, lo mah jangan gitu ah sama temen." Ciko cengengesan.

"Warna apa gue tanya?" Bara bertanya.

"Item."

Yang menjawab bukanlah Ciko, Fildan maupun Rayan. Melainkan Bayu. Cowok irit bicara itu menimpali dengan tidak berdosanya membuat tiga orang yang mengolok Rayan tertawa bebas. Ayolah mereka tidak lagi bisa menahan tawanya.

"Suram dong kalo gitu. Jahat lo Bayu sama bestie," ucap Bara di sela tawanya.

Rayan menahan keinginannya yang ingin sekali meneriaki tiga temannya itu untuk berhenti tertawa, atau nanti—

"Barisan belakang, tolong itu siapa yang tertawa? Saya sedang memberi amanat dan kalian malah mengobrol. Siapa itu?" Pembina upacara yang tidak lain wakasek kesiswaan bertanya.

"Rayan CS Pak!" seru murid lain yang berdiri di sekitar mereka.

Baru saja Rayan mencoba menahan diri, tapi ternyata teman bodohnya itu tidak bisa membuat dirinya tobat sehari. Sekarang ia pasrah, selepas upacara pasti akan kembali berjumpa dengan bu Sri.

Bucin Berandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang