#23 : Tiri

2.2K 152 6
                                    

◃───────────▹

"Apa yang kamu mau sebenarnya? Terus mengusik hidup dia."

Anak laki-laki itu berdecak. "Kenapa? Papa gak suka? Terserah aku mau ngapain aja, itu bukan urusan Papa. Lebih baik, Papa urus saja istri baru Papa."

Ruangan kerja yang diisi dua laki-laki beda generasi itu lenggang sejenak. Laki-laki yang lebih tua menatap anaknya. "Papa heran dengan kamu. Sifat kamu sebenarnya turun dari siapa? Sangat pembangkang."

"Yang jelas bukan anak Papa."

"Huh? Lalu kenapa masih memanggil saya dengan sebutan Papa?" Sang ayah menatap mengejek pada putra sulungnya.

"Nyebelin. Aku pulang aja, obrolan Papa bener-bener buang waktu aku."

"Diam, dan duduk. Papa belum selesai bicara." Papa meletakan dokumen yang ada di tangannya. "Sebenarnya apa yang kamu lakukan ini membuat Papa marah. Kamu sudah janji sebelumnya buat nggak nyakitin anak laki-laki itu, tapi apa yang terjadi malah sebaliknya. Papa marah pun sepertinya percuma. Kamu hanya akan melawan," sambungnya.

"Setiap aku datang kesini, Papa cuman bahas dia. Apa sebenernya yang berharga dari dia? Aku bener-bener gak habis pikir sama Papa. Aku gak suka sama dia, makanya aku pengen dia pergi jauh dari hidup aku kayak tiga tahun lalu."

"Diamlah, jangan banyak bicara. Turuti apa yang Papa katakan, biarkan dia hidup semaunya kamu jangan coba ikut campur dalam hidup dia. Seenggaknya kalau kamu gak bisa gak ganggu, kamu jauhi dia," desis Papanya kemudian.

"Dia itu cuman saudara tiri, kenapa aku harus gitu, huh?" Laki-laki itu mendengus menatap sang Papa.

"Terserah, kamu ini sangat keras kepala. Yang terpenting jika ada kabar kamu macam-macam lagi, yang kena imbasnya bukan hanya kamu tapi Papa juga."


◃───────────▹

Kayla mengusap bahu Rayan menenangkan. Posisinya masih sama, berdiri di depan pintu balkon dengan Rayan yang menunduk memeluk dirinya.

"Kalo udah siap cerita, cerita aja gue dengerin," ucap Kayla pelan. Perlahan di bawanya tubuh jangkung yang sekarang nampak lemas dan menurut ketika di dudukan di sofa yang ada di balkon.

"Gue bingung."

"Bingung kenapa?" tanya Kayla, kali ini mengusap surai Rayan yang kepalanya di tidurkan di bahu.

"Kenapa bang Rayn benci banget sama gue."

"Benci? Sebenernya kalian kenapa, udah gue hitung dari pertama lo bilang kalo kalian ribut sampe sekarang kayaknya gak pernah baikkan?"

Rayan memejamkan mata. Kayla memang tidak pernah tahu, yang Kayla tau hanya Rayan yang tidak akur dengan kakaknya karena Rayan sempat memecahkan guci milik Rayn.

"Gue gak akur sama abang sebenernya udah dari lama. Sikap abang yang lo liat waktu nikahannya bukan cuman karena gue mecahin guci kesayangannya, tapi emang dari sebelumnya juga udah berubah," tutur Rayan, bercerita.

"Acara dinner tiga bulan yang lalu, yang lo liat bukan karena gue mecahin barang antiknya lagi. Tapi emang udah gitu, dari abang lulus SMA dia gak lagi sama ke gue, Kay ....

Bucin Berandal Where stories live. Discover now