#17 : Penyelesaian

2.7K 184 2
                                    

◃───────────▹


Pagi yang cerah seolah mewakili suasana hati gadis yang sedang mengikat rambutnya menjadi satu di depan meja riasnya. Tangannya dengan lihai mengoleskan lipbam pada bibir mungilnya usai merapihkan rambutnya.

Merasa penampilannya sudah rapi, Kayla meraih tasnya tak lupa mencabut ponselnya dari kabel charger. Bersamaan dengan itu, Mama Ais berteriak memanggil yang ia yakini berasal dari dapur.

"Padahal masih pagi, udah teriak-teriak aja nih emak satu," gumamnya segera keluar dari kamar.

"Iya Ma, bentar!"

"Papa telepon, nanyain kamu. Cepetan!"

Mamanya mode singa, pasti papanya melakukan kesalahan. Kayla membatin.

Sedikit tergesa, Kayla meletakan tasnya di salah satu enam kursi yang mengitari meja makan. Mengambil alih ponsel mamanya, lalu segera menempelkan benda pipih tersebut.

"Halo Pa? Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Nak. Kamu apa kabar?" suara berat ayahnya terdengar. Kayla melirik kecil ibunya yang tengah menata sarapan.

"Baik Pa. Papa sendiri gimana?"

"Baik juga. Maaf ya, seminggu kemarin Papa belum sempat telepon kamu."

"Iya Pa, gak papa. Kerjaan Papa di sana gimana?"

"Harusnya bulan ini membaik, tapi ada sedikit masalah lagi. Jadi, kemungkinan Papa disini lebih lama."

Kayla ber-oh ria, kemudian paham kenapa mamanya marah. "Cepet di selesain dong Pa. Mama udah kangen berat nih kayaknya, sampe cemberut gitu lho," godanya sekalian.

Mama Ais sedikit mendelik. Kayla terkekeh saja, jarang-jarang bisa melihat wajah lembut mamanya itu berubah menyeramkan seperti ini.

"Iya Papa juga maunya gitu sayang. Udah kangen banget sama Mamamu itu, tapi atasan Papa di sini juga butuh. Minta izin pulang berapa hari malah di kasih ancaman kurangin gaji," jelas Papanya.

"Utututu ... Kasiannya Papa Mama aku yang udah gak tahan LDR." Kayla tertawa pelan. "Yaudah gak papa, nanti aku bujukin Mama biar gak kesel lagi. Papa juga jangan lupa kasih cuannya sedikit lebih tebel, biar Mama gak lama marahnya," sambungnya, masih senang menggoda dua orangtua yang sudah berkepala empat itu.

"Siap deh. Oh ya, selama Papa gak telepon kamu baik-baik aja 'kan?"

"Baik kok Pa. Sekolah lancar, uang jajannya aja kurang hehe."

"Nanti Papa kasih lebih. Rayan gimana? Calon mantu Papa biasanya pagi gini ada di rumah kita 'kan jemput kamu."

"Eee..." Kayla gugup sendiri, ia hampir lupa jika hari ini Rayan harus menghadiri pertemuan. Mamanya menggeleng, tanda untuk tidak memberi tahu Papanya soal Rayan. "Iya tapi khusus hari ini gak jemput dulu, karena mau nganterin bunda nya."

"Oh begitu. Dia baik-baik juga 'kan? Gak nyakitin kamu?"

"Nggak dong, Papa sendiri kenal gimana dia."

Bucin Berandal Where stories live. Discover now