#12 : Berulah

3.1K 191 0
                                    

◃───────────▹


Dua cowok dengan satu cewek yang berjalan di tengah menjadi pusat perhatian pagi ini. Mereka baru saja turun di parkiran, belum sampai masuk sekolah tapi berbagai tatapan sudah tertuju pada ketiganya.

Kayla, cewek itu berdecak malas. Ia memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, tapi lebih suka jika karena di pandang sebagai Osis. Bukan karena dirinya berjalan di antara pentolan sekolah ini.

"Gue duluan deh-" Belum sempat Kayla melangkah mendahului, lengan Rayan sudah menariknya. "Bareng gue."

Mendengar nada yang tidak biasa tentu membuat Kayla menurut. Helaan nafas keluar dari bibirnya. Rupanya Rayan belum melupakan kejadian kemarin, dari nada bicaranya saja sudah berbeda.

Sedangkan di samping kiri Kayla, Bayu berjalan dengan wajah datar khasnya. Kali ini yang datar tidak hanya Bayu, tapi Rayan juga. Syukurlah setidaknya sifat Rayan saat di sekolah tidak berubah, pikir Bayu.

Melihat tatapan-tatapan memuja dari siswi-siswi yang di lalui, membuat Bayu ingin sekali meneriaki untuk tidak menatapnya lagi. Tapi untungnya ia masih bisa menahan diri. Mungkin selama dua minggu meninggalkan kota, penggemarnya itu merindukan dirinya. Namun, di samping itu ada juga yang menatapnya gemas lantaran berjalan bersama dengan pasangan bucin yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Sebenarnya Bayu juga tidak ingin berangkat bersama dengan dua temannya ini, tapi karena Rayan sendiri yang memaksa memberinya tumpangan Bayu pun menerimanya. Lagipula ia belum ada kendaraan untuk pergi ke sekolah.

"Suruh Ciko ambilin motor," ujar Bayu sebelum membelokan tubuhnya, menaiki tangga menuju kelas IPS.

"Motor Bima?" Rayan menaikan sebelah alisnya. Bayu menoleh, "siapa lagi?"

Setelah itu Bayu melanjutkan langkahnya.

Melihat punggung Bayu yang tidak lagi terlihat, Kayla beralih menatap pacarnya. "Ay?"

"Hm."

"Ay?" panggilnya lagi saat Rayan tak menoleh ke arahnya. Matanya fokus pada benda pipih di tangannya.

"Apa?"

Kayla mendengus. Menaiki tangga lebih dulu tanpa mengucap sepatah kata. Rayan yang menyadari itu langsung menyusul dan kembali menggandeng tangan Kayla seperti sebelummya. "Main pergi aja."

"Tadi gue panggil lo fokus aja ke hp," balas Kayla.

"Abis ngehubungin Ciko."

Kayla diam begitu pula Rayan. Saat hendak sampai di depan kelasnya, cewek itu mendongak, memperhatikan rahang tegas milik Rayan. Terkadang Kayla merasa insecure, Rayan yang hanya menggunakan facial wash kenapa tak pernah kotor wajahnya? Malah sekarang dirinya memiliki jerawat di dahi, untung Rayan tidak pernah menyinggung soal itu.

"Kenapa liatin terus?"

Kayla mengalihkan pandangannya. "Bayu kenapa balik diem-diem?"

"Dia gak tahan di New York," jawab Rayan singkat.

"Lah? Kok New York? Ngimpi kali."

Rayan menunduk, menatap Kayla. "Awalnya dia emang ke Bali, di rumah Oma nya. Tapi ketauan papanya alhasil diseret ke New York."

"Jadi kemaren Bayu balik dari New York? Bukan Bali?" Rayan mengangguk.

"Gue jadi penasaran sama papanya Bayu. Setajir dan seserem gimana beliau," gumam Kayla yang di balas kekehan Rayan. "Intinya keluarga bokapnya Bayu bukan setara kita. Udah sana masuk, gue ke kelas." Rayan mengusap puncak kepala Kayla sebelum berjalan lurus menuju tangga lain yang menghubungkan pada gedung IPS.

Bucin Berandal Donde viven las historias. Descúbrelo ahora