#22 : Adik

2K 156 7
                                    

◃───────────▹


Rayan menutup koper terakhirnya dan meletakannya di samping satu koper berukuran lebih besar. Bajunya memang cukup banyak, karena seluruh pakaian yang ada di rumah ayah dan bundanya sudah menyatu di rumah ini. Sedangkan koper terakhir ini berisi seragam sekolahnya dan koleksi jaket beserta sweeternya. Warna nya dominan biru donker tapi semuanya hampir berbeda merek.

Dua kardus berisi buku pelajaran, play station, dan barang-barang yang cukup berarti bagi Rayan juga sudah di tumpukan, siap untuk di bawa. Sebandel-bandel nya Rayan, ia tetap punya buku paket pelajaran dan buku catatan yang jumlahnya lengkap sesuai mata pelajaran. Sebenarnya Rayan bisa saja mencampur adukkan bukunya, tapi ini semua atas perintah Kayla, mau tak mau Rayan menurutinya.

Rayan melirik jam dinding yang menempel sudah menunjuk pada angka dua. Niatnya Rayan mengemasi barangnya dari pagi, tapi karena Kayla merengek meminta di antar dan juga tidak mungkin Rayan mengemasi barangnya saat ada kakak iparnya, alhasil ia mengemasi barangnya ketika sudah selesai sholat jumat dan baru selesai sekarang.

Rayan memang berniatan akan pergi diam-diam. Selain karena tidak ingin membuat kakak iparnya sedih, Rayan juga tidak ingin berdebat dengan kakaknya.

Matanya memutar ke sekitar, memperhatikan kamar yang selama enam bulan ini ia tinggali. Dan selama itu juga kakaknya sudah melepas masa lajang. Rayan tersenyum kecut, kadang masih tidak menyangka jika kakaknya yang saat kecil selalu menjaganya, mengajaknya bermain, mengajarinya sepeda sudah menikah dan bahagia bersama wanita pilihannya.

Raynal sebenarnya tidak jauh berbeda dari Rayan. Keduanya memiliki kesamaan mulai dari; keras kepalanya, egonya dan bahkan kenakalannya. Dulu setiap bulan, Raynal selalu membuat orangtua mereka harus mendatangi sekolah karena kasusnya. Setiap minggu pulang dalam keadaan babak belur. Clubbing, merokok, balap liar juga sudah biasa bagi Raynal.

Bersyukur, Raynal mendapat hidayah dan berubah ketika sudah lulus SMA. Ketika Raynal bertemu dengan wanita yang sekarang istrinya dan ketika keluarga mereka terpecah belah.

Tetapi, mulai saat itu, sikap Raynal berubah pada Rayan. Tidak ada lagi sosok Raynal sebagai kakak yang hangat, Raynal kakak yang penyayang, Raynal kakak yang peduli, Raynal kakak yang melindungi adiknya. Semua hilang begitu saja digantikan dengan sikap kasar, tidak peduli dan cuek terhadap adiknya.

Mulai saat itu, Raynal tidak lagi memberi ketenangan pada sang adik ketika bunda tidak peduli pada Rayan. Raynal tidak lagi mengeluh pada Rayan ingin di perhatikan oleh ayah sebagaimana peduli beliau pada sang adik.

Mulai saat itu, semuanya mendadak asing bagi Rayan.

Tidak hanya asing dengan sikap kakaknya, tetapi juga dengan kehidupannya. Orangtuanya memilih jalan masing-masing. Rayan bersama ayah dan bunda bersama Raynal, entah apa penyebabnya. Hingga saat ini Rayan tidak pernah tahu alasan di balik perpisahan mereka yang nampak tiba-tiba. Baik ayah ataupun bundanya tidak ada yang memberi tahu alasannya, keduanya seolah menutup mulut hingga tahun selanjutnya bunda dikabarkan menikah kembali dengan om Wira, suami barunya.

Saat itu, Rayan hanya mengerti bahwa ia akan memiliki dua ayah, yang artinya pria itu tidak patut Rayan benci. Tapi entah ada apalagi di hidupnya, di tahun selanjutnya ayah menikah dengan tante Isa.

Rayan terkekeh miris. Dulu ia tidak menyadari bahwa di titik itu juga keluarganya sudah hancur, ibu dan ayahnya memilih jalan hidup masing-masing dengan pasangan hidup baru dalam artian lain, ayah dan ibunya tidak bisa lagi bersama.

Tapi Rayan sadar, ia tidak bisa membenci salah satu di antara mereka karena menjadikan alasan dari hancurnya keluarga serta hidupnya. Sebab, hidup adalah pilihan dan Rayan yakin orangtuanya tidak akan memilih keputusan yang membuat hidup mereka menderita. Mereka memilih masing-masing mungkin karena di sana letak kebahagiannya.

Bucin Berandal Where stories live. Discover now