#21 : Pindah

2.4K 164 2
                                    

◃───────────▹

Bunyi bel istirahat tidak membuat kelas IPA yang dihuni murid-murid teladan itu berisik. Suasananya tetap tenang, hanya terdengar suara gerak dari mereka yang membereskan alat tulis. Tentunya tidak ada suara sorakan atau berebut jalan untuk istirahat.

Lihat saja, padahal kelas ini jamkos tetapi tidak ada yang berkeinginan untuk meramaikan kelas.

"Lama-lama gue bosen diem di kelas sini," celetuk Kalin yang selesai mengemasi alat tulis. Bagi Kalin, menyimpan alat tulis di atas meja itu membahayakan karena bisa menyebabkan penghapus seharga lima ribuannya hilang. Meskipun ia percaya di kelas ini tidak akan ada yang mencuri, tapi tidak menutup kemungkinan dari kelas lain.

Dulu, Kalin membeli satu pack penghapus untuk satu tahun dan itu tidak tersisa karena selalu hilang.

"Sabar, empat bulan lagi juga lulus," balas Shita.

"Lulus-lulus, noh ujian dua minggu lagi," Kayla menyahut seraya memakai almamater osisnya.

"Ujian mah ntar, sidang pleno dulu."

"Seriusan ini minggu depan?"

Shita mengangguk.

"Anak MPK mulutnya pada pedes ga sih?" tanya Kalin. Ia tidak terlalu paham dengan pembahasan Kayla dan Shita, tapi sedikit mengetahui dari gosip yang di dengar.

"Biasa aja. Masih pedesan mulut si Kara," jawab Shita.

"Oh ngomongin gue?"

Tiga siswi itu serempak menoleh ke arah pintu. Kara yang masuk tanpa mengucap salam pun mendapat decakan dari beberapa siswi yang sedang fokus membaca. "Napa lo? Istirahat ini, baca juga butuh energi."

Shita menggeleng. Jika ia sering di sebut tidak tahu malu, maka Kara bisa di sebut tidak tahu diri. Kara masuk seenaknya dan datang mengganggu konsentrasi orang.

"Osis pada dengdek kayaknya," gumam Kalin lalu bangkit dari tempat duduk. "Gue duluan deh, mau ke ruang pramuka."

"Si paling pramuka," cetus Shita.

Kalin membalas dengan kepalan tangan yang kemudian di simpan dekat dada. "Pramuka belahan jiwa!"

"Lo pada gak istirahat? Gue mau join," ucap Kara.

"Kecilin suara lo, ini kelas bukan anak IPS yang doyan rame."

Kara mengibaskan tangannya, tak mengindahkan ucapan Shita.

"Ayo ah, kalian kalo udah ketemu banyak bacot." Kayla beranjak keluar, di ikuti oleh Shita dan juga Kara.

"Siang ini jadi adain pertemuan sama Casis?"

"Ya jadi lah, kenapa nggak."

Shita mendelik, "nanya doang anjir."

"Lo ikut ngumpul 'kan, Kay?" tanya Shta kemudian.

Kayla mengangguk.

"Kalo gak ikut gue gampleng lo, ngebucin mulu, gak inget masih ngejabat jadi osis."

"Apasih, siapa juga yang bucin," elak Kayla.

Bucin Berandal Kde žijí příběhy. Začni objevovat