#35 : Berbohong?

1.6K 114 2
                                    

◃───────────▹


"Eh ada Aca. Nginep kamu Dek?"

"Udah tau masih nanya. Awas ah minggir!" Sang adik mendorong kakaknya yang hendak duduk di samping sahabatnya itu. Ini masih pagi tapi keberadaan kakak laki-lakinya selalu memancing keributan.

"Kapan kesininya? Perasaan tadi sore gak ada siapa-siapa." Revan -kakak laki-laki Karina, itu mengalah dan pindah ke tempat duduk yang biasanya ditempati seorang kepala keluarga.

"Malem Bang. Aku ngedadak nginep, hehe." Kayla mengangguk sopan. Umur mereka hanya selisih 5 tahun, sedikit canggung sebenarnya menggunakan aku-kamu karena ia terbiasa lo-gue jika berhadapan dengan lawan jenis.

"Oh kayaknya Abang dateng kalian udah tidur, ya?"

"Iya! Nanya mulu Abang."

Revan mendengus. "Orang Abang nanya Aca, kenapa kamu yang ribet?"

Aca itu di ambil dari nama belakang Kayla. Mikayla Anatasya menjadi Tasya dan kecilnya lagi Aca. Ini panggilannya ketika berada di keluarga Karin. Katanya lebih lucu.

"Sana ah jangan ganggu! Kita mau makan. Abang gak liat noh jam berapa?" tanya Karin galak.

Revan menoleh pada jam besar. "Oh iya, kalian sekolah ya? Yaudah terusin sarapannya. Abang ke belakang dulu."

Laki-laki dewasa itu berdiri dan menghampiri dapur yang tidak jauh dari ruang makan. "Bi! Evan mau salad buah," teriaknya yang terdengar oleh Kayla dan Karin.

Mereka berdua tengah menyantap sandwich yang baru dihidangkan dengan segelas susu di samping masing-masing piring. Jam masih menunjukan pukul setengah enam, biasanya Karina belum bersiap tapi karena ada Kayla ia juga harus ikut bangun pagi. Tak apa, itu lebih bagus. Sepertinya Kayla memang harus selalu menginap agar ia bisa bangun pagi.

Kayla memperhatikan Revan yang sedang mengobrol dengan ART melalui celah tembok, terlihat jauh berbeda dengan Reva yang selalu bersikap judes pada siapapun. "Abang lo suka lembur ya?"

"Udah jadi kebiasaan dia." Karin mengangkat bahunya, "tapi bagus sih, daripada kayak kembarannya yang hobi foya-foya mending Abang yang rajin kerja."

"Kak Reva gak pulang?"

"Udah hampir sebulan dia ngilang. Anehnya Abang tetep ngasih uang," kata Karina.

"Apasih gibahin Abang? Masih pagi dosa lho." Revan kembali datang. Laki-laki itu memang masih mengenakan pakaian rumahan.

"Tuh, Aca nanya."

Revan mengangguk. "Nanya apa?"

"Kenapa gak nikah-nikah?"

Kayla melotot. Siapa juga yang bertanya seperti itu? Dasar Karina, dia suka sekali menjual nama oranglain.

"Belum sempet nyari pasangan, soalnya banyak kerjaan. Dokumen di kantor emang manja banget, gak mau ditinggal Abang," jawab Revan.

"Omong kosong. Lo nya aja yang workaholic," decak Karin.

Revan mengangkat alis kanannya. "Emang kamu siap Abang tinggal?"

"Yee, sukur yang ada. Kalo gak ada Abang kayaknya aku gak emosian," balas Karin. Kayla mendengus, akan selalu ia ingat perkataan itu. Awas saja nanti Karin menangis saat pernikahan kakaknya.

"Terserah kamu." Revan menatap dua gadis yang sudah mengenakan seragam masing-masing. "Ngomong-ngomong Bayu sama Rayan kok gak pernah keliatan? Mereka udah gak bestie lagi sama kalian?"

"Mereka berdua lagi keluar kota Bang," kata Kayla.

"Lagi ngapain?"

Kayla menggeleng. "Kurang tau tapi katanya ke perusahaan ayahnya Bayu terus nganterin tante Arin-nya."

Bucin Berandal Where stories live. Discover now