Bagian 5, Perang Dingin

339 70 77
                                    

Jika kamu tidak bisa mencintai seseorang, bisakah berusaha untuk tak melukainya?
***

Perasaan Candy tidak enak hari ini. Ia sampai menduga sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi apa? Sepanjang perjalanan menuju sekolah ia terus memikirkan banyak kemungkinan. Reran yang mengajaknya bicara ia abaikan hingga sang kakak bete bukan main.

Memasuki kawasan sekolah, ia berusaha bersikap santai. Menganggap bahwa dirinya hanya sedang baper saja akibat kejadian kemarin, di mana sang gebetan malah menyuruhnya pacaran dengan cowok lain. Yah, pasti karena itu.

Candy mengambil ponsel dari saku tanpa melihat keadaan sekitar. Ia sampai menubruk seseorang yang baru berbelok hingga ponselnya hampir jatuh.

"Sorry, so-" Candy tak melanjutkan ucapannya melihat siapa yang ia tabrak. Entah kenapa, ia merasakan hawa di sekitarnya berubah. Candy meringis, membuka mulutnya yang terasa kelu. "Sorry, Kak."

Sosok di depannya tak merespon, hanya menyunggingkan senyum tipis dan tampak sangat terpaksa sebelum kemudian pergi.

Candy mengikuti pergerakan cewek itu dengan alis mengernyit. Tidak biasanya Savara bersikap seperti ini. Tiba-tiba saja ia ingat kalau Adrian sempat mengantarnya pulang, itupun karena kebetulan searah.

Apa karena itu? Pikir Candy lalu menggeleng. Savara tak mungkin marah hanya karena Adrian memberikan tumpangan, 'kan? Mereka pulang bareng bukan kali pertama dan Savara bahkan pernah mengizinkan pacaranya mengantar Candy pulang.

Lagipula, kemarin Savara dan ketiga sahabat Adrian berada di GOR. Tidak ada yang tahu, kecuali jika ada orang lain yang melaporkan mereka.

Berusaha tak terlalu memikirkan hal yang belum pasti, Candy melanjutkan langkah menuju kelasnya.

Siapa sangka, di depan ruangannya ia malah mendapati keberadaan Damian. Seketika senyuman terbit di bibirnya. Rasa kesal yang kemarin tanpa sengaja Damian berikan lenyap begitu saja.

"Hai, Kak!" sapanya ceria. Namun, raut wajah cowok itu tampak serius.

"Bisa bicara sebentar?" tanya Damian membuat perasaannya menjadi tidak enak. Candy jadi ingat dengan ekspresi Savara tadi. Tidak ingin lari, ia mengangguk lalu memasuki kelas untuk menyimpan tas.

Candy mengikuti langkah Damian yang berhenti di koridor ujung, di mana hanya terdapat perpustakaan, laboratorium dan beberapa ruangan ekskul yang biasanya sepi karena masih pagi.

Damian berbalik dan langsung melemparkan pertanyaan, padahal Candy belum menghentikan lajunya. "Lo kemarin pulang duluan sama Drian?"

Benar.

Mengangguk. Itulah yang ia lakukan karena memang apa yang ditanyakan Damian adalah kebenarannya. "Kemarin gue-"

"Lo sengaja ikut-ikutan pulang biar bisa bareng Drian?" potong cowok itu membuatnya terperangah. Candy memang kerap berbohong akan menempeli Adrian, tapi ia tidak menyangka Damian akan menuduhnya seperti ini. Seperti ditembak dalam satu kali serangan, sakit.

Setidaknya Damian bertanya baik-baik mengenai alasan kepulangannya hingga bisa bersama Adrian.

"Gue emang udah niat mau pulang, terus ketemu Kak Ian dan dia ngajak bareng," jelas Candy mengabaikan rasa kecewa atas tuduhan tersebut.

Damian mendengkus. Melihat apa yang dilakukan cowok di depannya, Candy merasa sedih. Sebegininya Damian melindungi Savara yang hanya pacar dari sahabatnya.

"Kalau gak percaya ya udah gak papa. Lagian gak cuma sama Kak Ian aja, gue suka nebeng sama Kak Ardan, Kak Danish dan temen-temen cowok gue." Mungkin jika keadaannya tidak seperti sekarang, ia akan melemparkan godaan pada Damian. Atau ia berusaha membuat cowok itu kelabakan karena ancamannya untuk merebut Adrian.

SWEET CANDY ✔️Where stories live. Discover now