Bagian 20, Pengalih Rasa Sakit

372 80 61
                                    

Sebenarnya rasa sakit itu datang dari diri yang terlalu banyak berharap.
***

Candy memperhatikan jepitan rambut di tangannya. Embusan nafas berat keluar dari bibirnya sebelum ia menyimpan barang pemberian sang mantan gebetan ke dalam bagian terkecil tas. Ia mungkin terluka, tapi tak mau berbuat kejam hingga membuangnya.

"Loh ... kok udah masuk sekolah?"

Candy mendongak, mendapati Ciara yang baru datang. Ah, ya. Cewek itu masih belum tahu bahwa Damian sudah memiliki pacar. Biarlah sahabatnya tahu dengan sendirinya. Saat ini yang ia perlu lakukan hanyalah bersikap baik-baik saja.

"Udah baikan kok," ucap Candy dengan nada suara yang dibuat sebiasa mungkin. Ciara hanya mengangguk dan mendudukan diri di sebelahnya.

"Gue kantin dulu ya, lupa gak bawa minum." Cewek itu bangkit membuatnya menoleh. "Mau titip?"

Candy terdiam sejenak sebelum menjawab, "Titip permen yang seger."

"Oke!" Ciara menyatukan jari jempol dan telunjuknya lalu berjalan keluar kelas setelah mengajak Zeva yang kebetulan hendak ke kantin.

Candy sendiri memilih menyibukan diri dengan mendownload sebuah aplikasi games. Ia juga butuh pelampiasan.

Sweet Fruit Candy. Ia memilih games tersebut karena sama dengan namanya. Candy juga penasaran apakah permainan tersebut seru atau membosankan hm seperti dirinya. Mungin itu juga yang membuat Damian tak bisa menyukainya.

Sh! Stop, Candy. Jangan mikirin dia terus!

Berhasil men-download, Candy hendak membukanya. Namun, tiba-tiba ia teringat dengan ajakan Lio malam tadi. Segera saja Candy mengirimi cowok itu chat.

Candy: Yo, pulang gue tunggu di halte yaaa

Lio: Asik! Siap 45

Candy: gpl tapi

Lio: Oke

Hanya perlu banyak aktivitas, Candy pasti dapat melupakan Damian dengan cepat. Ia kemudian mulai membuka games dan bermain dengan fokus hingga bel berbunyi.

Ternyata cukup seru. Sepertinya Candy harus mengunduh banyak games untuk mengalihkan pikirannya.
***

Jam istirahat berbunyi. Kedua sahabat berinisial C itu berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Bosan dengan makanan kantin, mereka sepakat untuk membeli pempek seberang sekolah yang terkenal enak.

"Kak Ardana nanyain lo nih!" ucap Ciara saat mereka tengah menikmati pesanan. "Gue kasih tau aja kita lagi di sini."

Candy hanya mengangguk. Dilarang pun, Ardana pasti akan memaksa datang. Jadi, biarkan saja daripada ia capek sendiri. Hanya butuh dua menit untuk melihat wajah cowok itu.

Ia bersyukur Ardana datang bersama Adrian sehingga tak perlu berpura-pura kuat. Candy melambaikan tangan, tak lupa dengan fake smile yang ia berikan. Jujur saja, sampai saat ini, dirinya masih sulit untuk tersenyum dengan tulus.

Mereka duduk saling berhadapan. Adrian tampak anteng makan, sesekali mengetikan sesuatu di ponsel. Pasti membalas pesan dari pacaranya. Hh, bucin!

Ardana sendiri memilih untuk menikmati makanan tanpa berisik. Tumben.

Setelah mangkuk dari masing-masing kosong, mereka tak langsung beranjak melainkan mengobrol ringan terlebih dahulu.

"Entar pulang bareng gue, tapi gue mau piket dulu," ujar Ardana yang langsung ia balas dengan gelengan.

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang