Bagian 36, Keinginan Bertemu

412 74 55
                                    

Saat membuka mata, yang pertama gadis itu lihat adalah tirai berwarna putih. Ia mengerjap, berusaha menyesuaikan korneanya dengan cahaya yang tembus dari celah jendela.

Menggerakan kepala, tak ia dapati siapa pun selain dirinya. Namun, sebuah suara tak asing sayup-sayup terdengar dari balik tirai. Teringat kejadian sebelum tak sadarkan diri, matanya membeliak. Ia segera bangkit dan meringis merasakan kepalanya yang berdenyut. Ah, jangan lupa dengan wajahnya sebelah kanannya yang terasa lebih ngilu.

"Mereka masih di ruang BK dengerin Pak Bram ceramah."

"Lagian juga si Ardana bukannya bantu misahin malah ikut-ikutan."

Ucapan dua orang tersebut membuatnya tertegun. Ardana di ruang BK? Bukankah hanya sosok Damian yang menghajar Nolan membabi buta?

"Lo udah sadar?" Suara lembut tersebut membuat Candy mendongak, sempat terdiam mendapati keberadaan Savara yang tampak tersenyum lega. Tak lama, muncul dua sosok lain yang percakapannya tak sengaja ia dengar.

Savara segera berjalan ke arah nakas dan menyodorkan segelas air mineral padanya. Cewek itu bahkan membantu merapikan selimutnya.

"Gimana udah lebih baik?" tanya Savara lagi. Candy menatap sosok di sebelahnya. Raut khawatir terlihat kentara dan itu membuatnya merasa tak menyangka. Apalagi selama ini hubungannya dengan Savara tidak terlalu baik. Candy juga tak sempat meminta maaf pada cewek itu setelah kejadian dulu.

Akhirnya yang ia lakukan hanya mengangguk lalu melirik ke arah Danish dan Adrian yang melangkah mendekat.

"Lo beneran gak papa, Can?" Suara Danish terdengar sama khawatirnya. Hal tersebut membuatnya dilanda perasaan bersalah. Orang-orang baik ini, Candy telah memperlakukan mereka dengan buruk.

"Iya, Kak." Candy memaksakan senyumnya. Sangat tipis karena tarikan bibirnya menciptakan denyutan akibat tamparan Nolan.

"Sukur deh, gue khawatir banget tau gak? Apalagi pas liat Damian nekat nyeberang padahal banyak mobil, buang kertas fotokopian dan langsung ngehajar cowok lo kayak orang kesetanan." Cowok itu bercerita tanpa ia minta. Candy tidak tahu Damian ada di sebelah mana sat itu. Fokusnya hanya tertuju pada Nolan dan pertengakaran mereka yang menarik perhatian banyak orang.

Tiba-tiba saja ia teringat dengan para siswa yang berhamburan keluar sekolah. Candy jadi merasa aneh, padahal sebelumnya koridor lantai satu sepi. Anak-anak kelas dua belas tampak berada di lantai tiga.

"Eum ... sebelum gue pingsan, kayak banyak banget orang, itu ... kenapa mereka bisa pada keluar?" tanya Candy penasaran. Besok, ia mungkin tak berani datang ke sekolah karena pasti akan dijadikan bahan gosip.

"Tau Aldo anak IPS 1 yang suka nongkrong di warung si Mbak?" Adrian yang sejak tadi diam kini buka suara. Candy mengangguk. Aldo adalah mantan ketua ekskul Teater dan hobinya melawak sehingga sangat terkenal di sekolah.

"Dia kirim foto lo yang lagi berantem ke grup angkatan. Terus anak-anak langsung turun," jelas Adrian lalu menghela napas. "Gue kaget banget pas liat Dami sama cowok lo saling tonjok dan elo Nish, malah nonton bukannya misahin."

"Gak gitu, Dri. Gue kaget banget anjir. Apalagi si Dami udah kayak orang kesurupan," gerutu Danish. "Si Ardana juga bego, orang bertengkarnya udahan malah nyari kesempatan nonjok tuh anak, kan, pingsan jadinya."

"Pi-pingsan?" gagu Candy yang diangguki mereka.

"Iya, si Nolan langsung dibawa ke puskesmas." Danish bergidik mengingat tampilan Nolan yang benar-benar hancur, wajahnya babak belur.

Ya Tuhan, Candy tidak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu pada Nolan? Damian dan Ardana pasti akan dijadikan tersangka meski Candy merasa puas dengan apa yang dialami cowok kasar itu.

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang