Bagian 6, Hati yang Terluka

354 73 112
                                    

Jangan melukai hati seseorang dengan alasan melindungi hati yang lain
***

Cowok itu melangkah cepat menuju tempat di mana para sahabatnya berada. Kernyitan di dahinya tampak dalam, pertanda bahwa ia sedang memikirkan sesuatu dengan keras.

Memasuki lapangan, ia menghampiri ketiga cowok yang sedang duduk selonjoran sembari mengobrol kecil. Letak lapangan futsal lumayan sepi saat jam istirahat karena kebanyakan siswa memilih berkumpul di lapangan utama.

"Siapa yang jahatin adek gue?" tanya cowok itu tanpa tendeng aling. Ketiganya menoleh lalu saling memandang bingung. Ardana berdecak dan lanjut berbicara untuk memperjelas. "Candy, siapa di antara kalian yang udah nyakitin dia?"

Adrian menatap dengan raut bingung. Ia kemudian mengarahkan pandangan pada yang lain. "Elo Nish?"

Mata Danish membola sebelum menggeleng cepat. "Dia udah jutek gitu pas gue sapa," ucapnya lalu melirik Damian yang belum mengeluarkan suara. "Elo, kan Dam?"

Damian menembuskan nafas berat dan berkata dengan ringan, "Cuma ribut kecil."

Tentu saja Ardan tidak percaya. Ia mengenal Candy bukan satu dua tahun, mereka tumbuh di lingkungan yang sama sejak balita. Cewek itu tidak akan bersikap seperti sekarang jika hanya karena masalah kecil.

"Are you sure? Candy bukan cewek yang gampang marah." Ardan tidak bermaksud menuduh, tapi memang sahabatnya yang satu itu memang seperti itu. Mereka juga kerap kali berseteru.

Damian memutar bola matanya malas. Beberapa hari ini mood-nya sedang tidak baik. Ada penyesalan yang ia rasakan setelah perdebatan itu, apalagi saat melihat mata Candy yang berkaca-kaca, hanya saja ia meyakinkan diri bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat.

"Oke, gue emang sempat bertengkar sama dia, puas?" Damian akhirnya mengaku juga, tapi tidak mau disalahkan seorang diri. "Gue cuma minta dia buat jaga jarak sama Drian."

Cowok yang merasa namanya dipanggil membeliak. Ia tidak tahu sahabatnya dan Candy sempat bertengkar karena dirinya. "Maksud lo apa sih, Dam?"

Damian tersenyum sinis. "Lo masih pura-pura gak ngerti juga?" tanyanya dengan nada suara meninggi. "Lo udah udah buat Queen sedih dengan terlalu deket sama Candy!"

Jadi, karena itu? Adrian tidak mengerti kenapa Damian begitu tak suka dengan kedekatan mereka yang menurutnya biasa saja. Sejak dulu, ia dan Candy sudah berteman dekat. Mereka juga kerap saling membantu karena berada dalam satu bidang di OSIS.

"Dam, asal lo tau, gue selalu bilang apapun ke cewek gue, termasuk kali terakhir gue anterin Candy pulang," jelas Adrian. Tentu saja ia tidak mau pacarnya salah paham, apalagi mulut netizen lebih berbahaya dari mulut ibu tiri. Ia selalu melakukan segalanya dengan penuh kehati-hatian dan Savara tidak pernah protes.

"Terus dengan lo ngasih tau, dia bakal baik-baik aja?" Damian menatapnya dengan mata memerah. Sebagai orang yang tahu tentang keadaan Savara, ia jelas tidak terima dengan apa yang dilakukan sahabatnya.

Adrian sempat diam sebelum mengangguk tak yakin. "Dia bilang gak papa."

"Bego!" umpat tersebut membuat Adrian langsung berdiri. Danish yang sejak tadi menyimak menarik tangan sahabatnya agar kembali duduk. Biasanya Adrian yang paling tenang, tapi sekarang malah cowok itu yang mudah tersulut.

Damian ikut berdiri hingga mereka saling berhadapan. Ardana sang penyebab perdebatan malah diam, membiarkan keduanya saling mengeluarkan unek-uneknya. Ia bahkan memberikan isyarat pada Danish untuk tidak ikut campur dulu.

"Lo pikir Queen bakal terang-terangan bilang gak suka sama kedekatan kalian?" Damian sebenarnya sudah menahan kekesalannya sejak lama, tapi sepertinya Adrian tak sadar juga. "Lo beneran sayang gak sih sama Queen?"

SWEET CANDY ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant