Bagian 29, Calon Menantu

340 78 72
                                    

Damian melangkah menyusuri koridor yang cukup ramai. Jam istirahat sedang berlangsung, dirinya yang mendapat tugas resensi sempat pergi ke perpustakaan untuk meminjam sebuah novel. Di sebelahnya, cowok berpenampilan begitu rapi melakukan hal sama. Memegangi dua Novel dan satu buku sastra yang begitu diminatinya.

Tangan Damian yang bebas memegang ponsel, memandangi chat-nya belum dibaca oleh sang kekasih sejak semalam, padahal Damian mencoba mengalah. Ia bahkan berusaha membuang pikirannya konyolnya untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Elo galau terus perasaan!"

Damian menoleh pada sahabatnya yang tampak penasaran. Ia menarik napas dalam sebelum mengembuskannya. Sepertinya Damian membutuhkan masukan dari pakarnya.

"Elo sama Queen sering berantem gak sih?" tanyanya karena jarang melihat mereka bertengkar, kecuali saat ada masalah yang melibatkan Candy dulu.

"Keliatannya?" Adrian malah bertanya balik. Damian sendiri hanya mengedikan bahu karena ia tak selalu memantau keduanya. "Kalau ribut kecil ya pasti suka lah. Cuma ... yang sepintar-pintar kitanya aja, berusaha buat gak kepancing emosi, apalagi lo tau sendiri gimana cewek gue."

Damian mengangguk. Hubungan kedua sahabatnya sangat berbeda dengan dirinya dan Karin. Savara bukan cewek yang banyak tingkah. Trauma di masa lalu membuatnya kerap membatasi diri sehingga Adrian yang memang sangat sabar dan dewasa selalu mampu mengatasi kekasihnya.

Damian sendiri tidak bisa sesabar itu meski kerap berusaha demi menjaga hubungannya dengan sang pacar agar tetap baik, sedangkan Karin sangat keras kepala dan meledak-ledak. Damian kerap hampir kelepasan setiap mereka bertengkar.

"Lo lagi berantem sama cewek lo?" Pertanyaan yang tepat sasaran. Damian hanya menjawab dengan deheman. Melihat raut gusar sahabatnya, Adrian kembali bersuara, "Mau cerita? Kali aja gue punya solusi."

Merasa mendapat secercah cahaya, Damian menatap cowok di sebelahnya lalu mengangguk lagi. Adrian mendorong sahabatnya memasuki kelas. Kebetulan Danish dan Ardana masih berada di kantin dan keadaan ruangan belum terlalu ramai. Akhirnya Damian menceritakan tentang masalahnya dengan Karina, termasuk sikap cewek itu yang membuatnya merasa kurang nyaman. Adrian mendengarkan dengan saksama.

"Menurut lo, gue harus gimana?" tanya Damian frustasi.

Adrian menyimpan beberapa buku di tempat kosong di sebelahnya. Ia memikirkan sikap yang harus dilakukan sahabatnya. "Lo sendirinya pinginnya gimana?"

Damian terdiam beberapa saat. Ada keinginan untuk menyerah, mungkin karena dirinya tidak mencintai Karin sehingga sulit menerima kekurangan cewek itu, tapi sisi lain hatinya menyuruh untuk bertahan.

"Gue ... kadang kepikiran buat nyerah, tapi gue ngerasa gak tega putusin Karin, rasanya terlalu jahat." Damian mengusap wajahnya lalu menoleh pada Adrian. "Bukankah seharusnya gue berusaha nerima kekurangan dia dan buat dia berubah ke arah lebih baik?"

Adrian merasa takjub dengan pemikiran Damian. Cowok itu terlalu sering bercanda dibandingkan bersikap serius sehingga aneh mendengar apa yang sahabatnya ucapkan.

Adrian menyimpan tangannya di bahu Damian. Ia tidak memiliki pengalaman menghadapai cewek seperti Karina, tapi setidaknya Adrian akan berusaha membantu Damian.

"Kalau gitu ... berusaha sekali lagi, Dam," ucap cowok itu.

Adrian sebenarnya penasaran, apa yang membuat sahabatnya berpikir untuk menyerah. Bukankah Damian sangat mencintai pacarnya?

"Lo cinta sama dia, 'kan?" Adrian menatap cowok di sebelahnya yang tertegun. Tanpa sadar cengkraman di bukunya mengerat. Damian terdiam, perlahan menunduk dan bergumam, "Hm."

SWEET CANDY ✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin