Bagian 11, Teman Biasa

300 67 66
                                    

Apakah aku dapat meminta lebih dari sekadar teman?

***

"Kak Ian! Jauh-jauh sana!"

Adrian yang baru keluar dari ruangan OSIS langsung menghentikan langkahnya. Cowok itu menatap tajam Candy yang tampak waspada, bahkan adik kelasnya sudah mundur beberapa langkah.

Berdecak, ia memasukan ponsel ke saku jaket kemudian bersedekap dada. Gara-gara kejadian bulan lalu, sikap Candy bertambah menyebalkan dan berlebihan. Padahal, Adrian tidak ada niat untuk mendekati cewek itu, menyadari keberadaannya saja tidak.

"Gue mau pulang ya ampun!" keluhnya. Mana Adrian tahu kalau Candy masih berdiri di depan ruangan seusai rapat.

"Ya udah mau elo dulu atau gue yang pergi?" Adrian berusaha bersabar menghadapi Candy yang terlihat takut sekali ketahuan berdekatan dengannya, padahal tidak harus seperti itu juga.

Candy yang berpikir sesaat sebelum berucap, "Ya udah, gue duluan. Elo jalan pelan-pelan aja, pokoknya jangan sampai ada yang liat kita berada dalam jarak dekat."

Adrian menggerutu mendengar peringatan Candy. Belum juga setuju, cewek itu sudah meleset, tepatnya berlari untuk menjauh. Adrian menggelengkan kepala melihat tingkah absurd adik kelasnya. Andai saja Savara tahu bagaimana sikap Candy saat ini, pasti ketakutan terhadap kedekatan mereka musnah seketika.

Ah, ngomong-ngomong, kenapa Adrian jadi membayangkan jika keduanya akrab? Pasti akan terasa seru.

Savara memang sudah memiliki sahabat yang sangat baik, seperti Alicia dan Laras, tapi dengan Candy rasanya akan berbeda. Cewek itu sangat cerewet dan sepertinya akan cocok dengan Savara yang tidak banyak bicara.

Melihat sifat Candy, mungkin adiknya kelasnya bisa membantu menghilangkan trauma Savara. Ia rasa, pacarnya harus belajar untuk bisa lebih membuka diri.
***

Candy memelankan laju larinya lalu berhenti dan membungkukan badan. Ia berusaha mengatur nafasnya yang teras sesak. Melirik ke belakang, ia tersenyum lega saat tak mendapati keberadaan Adrian.

Hubungan keduanya sudah tak secanggung dulu. Bagaimanapun, dirinya dan Adrian berada dalam satu divisi di organisasi yang sama. Mau tak mau, keadaan memaksanya untuk berkomunikasi dengan cowok itu. Apalagi sekarang mereka sering mengadakan rapat karena akan diadakan bulan bahasa di sekolahnya.

Sekarang, Candy mulai paham maksud dengan kata batasan. Maksud ucapan Savara tempo hari, mungkin tak melarang mereka berteman. Candy saja yang salah mengartikan. Savara cemburu hanya pada hal yang agak berlebihan. Namun, tetap saja ia masih takut memunculkan taruma cewek itu jika melihatnya dekat dengan dengan Adrian.

Suara klakson membuat Candy teranjat. Ia mengusap dadanya lalu berbalik mendapati sosok tak asing sudah duduk di atas motor. Candy melotot, berjalan mendekat dan menendang ban motor di depannya.

Ardana sang pemilik kendaraan tersebut malah tertawa melihat Candy yang mengaduh akibat kelakuannya sendiri.

"Haha, aduh puas banget gue!" Cowok itu sampai memegangi perutnya.

Sebal, Candy memukul lengannya. "Nyebelin banget sih, orang lagi kesakitan juga."

"Makanya jangan sok kuat!" ledek Ardana kemudian mengarahkan dagu ke arah belakang. "Naik cepet!"

Candy berdecak meski tetap mengikuti perintah cowok yang sudah seperti saudaranya itu. Ia hampir lupa kalau hari ini jadwal ekskul musik. Ardana sebagai vokalis band tentu tak pernah absen. Kecintaannya terhadap musik sudah mendarah daging, Candy bahkan kerap diajari paksa meski hasilnya ia sudah bisa belajar bermain gitar.

SWEET CANDY ✔️Where stories live. Discover now