Bagian 18, I am Okay

331 81 42
                                    

Damian: Gue jadian sama Karina

Adrian: Congrats ya

Danish: Selamat Dam!

Damian: Thanks you
Damian: Ar?
Damian: Lo gak nucapin juga?
Damian: Ngucapin
Damian: Padahal lagi on

Danish: Ardan mungkin lg gk pegang hp

Ardana meremas ponselnya. Ia cukup terkejut dan tak menyangka semua akan terjadi secepat ini.

Siapa yang tidak senang melihat orang terdekatnya bahagia?

Sebagai sahabat yang baik, Ardana tentu saja merasa senang. Namun, ia juga mengkhawatirkan hal lain. Anggap saja orang-orang berpikir dirinya lebih memikirkan Candy daripada Damian. Ia tidak dapat menampik itu meski mereka tak sepenuhnya benar juga.

Ia mengenal Candy hampir seumur hidupnya. Banyak hal yang sudah mereka lewati bersama, seperti main hujan bareng, belajar bermain sepeda, mengajari Candy bermain layang-layang hingga memaksa cewek itu agar bisa bermain musik seperti dirinya.

Melihat Candy terluka tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Anggaplah Ardana tidak bisa bersikap adil, tapi bukan berarti ia akan mengabaikan kebahagiaan Damian untuk keegoisannya. Ardana selama ini diam dan membiarkan Damian bersama cewek itu karena ia sadar, dirinya tak memiliki hak untuk melarang sahabatnya jatuh cinta.

Bukankah hal yang wajar dirinya merasa sedikit kecewa? Toh, Ardana melakukan ini bukan tanpa alasan.

Mungkin perkiraannya salah selama ini tentang Damian yang memiliki ketertarikan pada Candy. Seharusnya sejak dulu, Ardana tak membiarkan mereka terlalu dekat.

Mengembuskan nafas berat, Ardana mengetikan sesuatu di ponselnya. Damian tidak salah, tak seharusnya ia marah pada cowok itu.

Ardana: Congrats

Ia kemudian menaruh benda pipih tersebut, tak berniat membaca balasan chat dari Damian yang tampak sedang mengetik pesan.

Ia diam untuk beberapa saat. Candy tak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya. Namun, sebagai orang yang sangat mengenalnya, Ardana dapat melihat gerak gerik cewek itu.

Getaran ponsel membuyarkan lamunannya. Menoleh, ia mendapati nomor Danish yang melakukan panggilan masuk. Dapat menebak apa yang akan sahabatnya bahas, ia mengambil kembali ponselnya dan menarik tombol hijau.

"Ya Nish?"

"Ar, Candy ... apa dia udah tau?" Terdengar nada khawatir dari sosok di seberang sana.

"Gue gak tau, tapi kayaknya belum."

"Terus kita harus gimana?" tanya Danish lagi.

Ardana berpikir beberapa saat sebelum berkata, "Bersikap kayak biasa aja, Nish. Masalah Candy ... mungkin itu emang udah konsekuensinya. Lagian ... dianya juga gak mau jujur, jadi kita bisa apa?"
***

Damian bersenandung kecil sembari memutar kunci motornya. Hari ini dirinya berangkat lebih pagi karena berniat menemui Candy, kebetulan ia akan memberikan jepit rambut serta memberitahu kabar gembira pada cewek itu.

Ia sempat mengirimi chat pada Candy untuk menemuinya di depan lab IPA. Damian melirik sekitar lalu mendudukan diri di kursi kayu depan laboratorium. Candy belum terlihat, katanya baru keluar dari kantin setelah sarapan.

Mendengar langkah yang mendekat, senyum di bibirnya mengembang, Damian kemudian mendongak untuk menyambut cewek itu. Namun, siapa yang dilihatnya membuat Damian mengernyit.

SWEET CANDY ✔️Where stories live. Discover now