Bagian 33, Tinggal Penyesalan

394 68 17
                                    

Damian tidak bisa tidur semalaman. Pikirannya terus tertuju pada cewek itu. Perdebatannya mereka membuat Damian terus berpikir, sebenarnya apa yang Candy perbuat hingga pacarnya begitu marah?

Apakah cowok bernama Nolan selalu bersikap seperti itu?

Damian menjadi cemas sendiri. Ada keinginan untuk mengatakan apa yang dilihatnya kemarin pada ketiga sahabatnya, tapi ia menahan diri. Damian harus mengetahui terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum benar-benar mengambil keputusan. Ia tidak mau salah langkah hingga pada akhirnya membuat Candy marah dan semakin menjauh.

Mengingat seseorang, Damian bangkit dari duduknya membuat Ardana yang sedang mengobrol dengan Danish menoleh. Adrian sendiri tampak anteng mengerjakan pr yang baru pagi tadi diberikan.

"Keluar bentar. Gak usah ngikut!" larangnya melihat Danish hendak berdiri.

"Tuh anak kenapa sih? Perasaan galau terus dari pagi?"

"Mana gue tau, putus kali sama ceweknya."

Suara Danish dan Ardana masih ia dengar saat melewati pintu kelas. Damian memang belum menceritakan kepada para sahabatnya tentang hubungannya dengan Karin yang sudah berakhir beberapa hari lalu. Entah kenapa ia malas bercerita, ditambah sekarang pikirannya hanya tertuju pada Candy.

Berjalan menuruni tangga, Damian mengeluarkan ponsel, hendak menghubungi satu nama yang ingin ia temui. Belum sempat menekan tombol panggil, seseorang sudah terlebih dahulu memanggilnya.

Tak jauh darinya, cewek berkucir kuda melambaikan tangan lalu berjalan cepat ke arahnya.

"Kebetulan banget, gue baru mau nelepon lo." Damian memperlihatkan layar ponselnya, sedangkan cewek itu tersenyum tipis dan menimpali, "Kayaknya kita punya pikiran yang sama."

Damian mengernyit.

"Tentang kejadian kemarin, 'kan?" tebakan yang tepat sasaran. Sepertinya Ciara juga memiliki rencana lain karena tak mungkin tiba-tiba mencarinya.

Damian melirik jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi, bel istirahat akan berakhir. Ia tak boleh membuang waktu lebih banyak.

"Ikut gue!" pintanya berjalan kembali menaiki tangga. Kalau dilantai satu, Damian takut dipergoki Candy.

Ciara hanya mengangguk dan mengikuti langkah kakak kelasnya hingga mereka berhenti di depan ruangan kelas yang tidak terlalu ramai.

"Kak Damian dulu," ucap cewek itu. Tentu saja dirinya penasaran kenapa Damian sampai ingin membicarakan masalah yang bukan ranahnya.

Damian menyimpan kedua tangannya di atas tembok pembatas yang mengarah langsung ke lapangan. Ciara sendiri menyandarkan punggung ke pagar sembari bersedekap dada.

"Kemarin gue liat kalian." Damian berbicara dengan agak ragu. "Apa ... itu sering terjadi?"

Ciara menggeleng. "Gue gak tau. Kemarin itu juga pertama kalinya tau. Gue aja kaget banget."

Terdengar helaan nafas dari cowok itu. Ciara menyampingkan badan, memperhatikan raut wajah kakak kelasnya yang tampak khawatir.

"Dia buat kesalahan besar sampai bikin pacarnya marah?" tanya Damian berusaha mencari tahu penyebab kemarahan Nolan.

"Cuma gak mau diajak pergi karena mau ikut ekskul." Ciara sendiri tak menduga respon Nolan akan meledak seperti itu.

"Cuma karena itu?" Tentu saja Damian tidak percaya. Hanya karena masalah sepele Nolan sampai membentak Candy, ia bahkan mendengar ucapannya yang cukup kasar. Sungguh, dirinya menyesal kenapa kemarin hanya membatu melihat kejadian di depannya.

SWEET CANDY ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz