Bagian 38, Melepas Rindu

457 75 31
                                    

Cewek itu enggan turun dari boncengan kakaknya. Setelah dua hari tidak masuk sekolah, ia akhirnya kembali menginjakan kaki di area tempatnya menuntut ilmu. Reran harus bersabar menghadapi adiknya, padahal ia sendiri ada kuliah pagi.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mambuat Candy mau ditinggalkan seorang diri. Cewek itu merapatkan kardigan yang membalut tubuh mungilnya lalu menundukan pandangan saat merasakan banyak tatapan tertuju padanya.

Sosok penuh percaya diri yang kerap menyapa warga sekolah kini seperti siswa pemalu. Candy mengambil ponsel dari saku, menanyakan keberadaan Ciara, tapi WhatsApp sahabatnya sedang tidak aktif. Ia mengembuskan napas berat, padahal dirinya ingin dijemput.

Lalu, kehadiran seseorang membuatnya refleks menoleh. Candy sempat terkejut sebelum membalas senyuman cewek di sebelahnya.

"Udah baikan?" Suara lembut tersebut menyapa telinganya.

Candy mengangguk. Ia memperhatikan sejenak cewek itu sebelum bergumam, "Makasih udah tolongin gue, Kak."

"Sama-sama." Sosok yang merupakan pacar Adrian itu menepuk bahunya pelan. "Gak usah malu, lo gak ngelakuin kesalahan. Lo itu korban, jadi jangan bersikap seperti seorang tersangka."

Candy sempat terkejut mendengar ucapan kakak kelasnya. Tak menyangka Savara akan sepeduli ini padanya setelah apa yang ia lakukan dulu.

Cewek itu mengangguk lalu memperhatikan Savara sembari berjalan. "Kak Vara," panggilnya berusaha mengabaikan perasaan malu yang mendera. Cewek di sebelahnya menoleh dengan dahi mengernyit. Candy menghentikan langkah diikuti oleh Savara. "Maaf ya atas kejadian dulu."

"Gak papa kok. Dulu gue sempet marah karena belum tau yang sebenarnya," ucap cewek itu membuatnya mengernyit.

"Maksudnya?" Candy tidak mengerti dengan apa yang dikatakan kakak kelasnya.

Savara tersenyum lagi. Tampak begitu cantik, pantas saja Adrian begitu mencintainya. "Gue tau kalau niat lo deketin Drian bukan buat rebut dia, tapi buat cari perhatian sama sahabatnya."

Mata Candy membeliak. Jika Savara tahu, apakah Adrian juga mengetahuinya? Lalu Ardana dan Danish?

Tidak. Selama ini mereka bersikap biasa saja, tak pernah menyinggung tentang perasaannya terhadap Damian.

"Apa ... Kak Ian juga tau?" tanyanya was-was.

Savara tampak berpikir sebelum berkata, "Gak usah khawatirin apa pun, mereka udah sepakat buat gak ngebahas hal yang bakal bikin lo gak nyaman."

Ada rasa lega meski Candy akan canggung jika berhadapan dengan mereka dan berpura-pura tak pernah menyukai Damian.

"Gue duluan, ya? Lupa belum nyelesain tugas." Savara pamit dan berlari kecil menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.

Candy tertegun hingga kemudian teriakan Ciara membuyarkan lamunannya. Cewek itu memeluknya erat seolah sudah lama tak bertemu, padahal dua hari ini setiap pulang sekolah Ciara selalu berkunjung.
***

Sejak masuk sampai jam pulang sekolah, Candy banyak mendapat pertanyaan yang sama, yaitu mengenai keadaannya. Ia hanya menjawab singkat tanpa mengizinkan mereka menanyakan hal lain. Candy tidak mau mengingat Nolan dan rasa sakit yang diberikan.

Cewek itu masih duduk di dalam kelas saat teman-temannya sudah berhamburan keluar ruangan. Ia sengaja menunggu keadaan sekolah sepi karena malas kembali ditanyai.

Ardana mengajaknya pulang bersama, tapi ia menolak. Mengingat Laras membuatnya takut mendapat masalah lagi.

Ketukan jendela membuatnya menoleh. Matanya membola mendapati siapa yang berada di balik kaca jendela. Damian tersenyum lebar, melambaikan tangannya.

SWEET CANDY ✔️Where stories live. Discover now