Bagian 23, Perubahan yang Kentara

364 88 61
                                    

Dua hari ini, cewek berambut sebahu itu berusaha menyibukan diri untuk menghindar. Ia mulai membalas chat orang-orang terdekatnya dengan singkat atau bahkan hanya membacanya saja. Candy juga menolak ajakan Ardana dan memaksa kakaknya untuk mengantar ke sekolah. Lalu, pulangnya ia akan menunggu para siswa pulang terlebih dahulu baru memesan ojek online.

Candy menjadi sangat tertutup dan lebih pendiam. Takut sikapnya membuat orang lain tak suka, apalagi dirinya yang memang sejak humble pada teman-temannya tanpa membedakan jenis kelamin.

"Aku pergi dulu ya, Ma." Candy menatap sang mama yang mengangguk lalu mengatakan agar dirinya berhati-hati. Kebetulan malam ini izin keluar dengan temannya dan berjanji akan pulang sebelum jam 10 malam. Papanya berada di kamar karena sedang tidak enak badan, sedangkan Reran seperti tengah bertelepon dengan seseorang, mungkin pacarnya.

Menutup gerbang, ia sudah mendapati Nolan yang duduk di atas motor sport-nya. Cowok itu melambaikan tangan dan tersenyum lebar mendapati kedatangannya

Lagi-lagi pakaian mereka serasi, sama-sama hitam. Kebetulan Candy sengaja memakai celana jeans dan kaos lengan panjang di balut jaket bomber yang ia pinjam dari kakaknya. Sama halnya dengan apa yang dipakai Nolan.

"Yuk naik! Anak-anak udah nunggu," ajaknya. Candy mengangguk lalu memakai helm milik Reran dan naik ke boncengan.

"Ini beneran, kan cuma keliling kota aja?" tanya Candy agak takut karena selama ini dirinya tidak pernah keluar malam dengan orang asing, apalagi ikut club motor.

"Iya Cantik, takut banget sih gue bawa kabur." Candaan Nolan membuatnya meringis. Bukannya ia tidak percaya, Candy hanya belum terbiasa nekat seperti ini.

Nolan melanjukan kendaraannya dengan normal. Cowok itu mengajaknya berbicara seputar trip yang kerap mereka lakukan. "Jadi, nanti start-nya di simpang lima, entar muter-muter aja sih, terus finish-nya di tamkot."

Candy hanya mengangguk saja karena belum tahu jalur mana saja yang akan mereka lewati.

Sampai tempat, ia sudah mendapati banyak motor sport yang diparkir dengan beberapa orang duduk lesehan di trotoar sambil mengobrol seru. Ternyata benar kata Nolan, ada anggota perempuan juga dalam club tersebut.

Kedatangan mereka disambut meriah, bahkan ada yang menyangka bahwa dirinya pacar Nolan. Cowok itu hanya terkekeh lalu meliriknya yang meringis malu.

"Kita masih teman," ujar Nolan membuatnya seketika mengalihkan pandangan pada sosok di sebelahnya. Masih berarti akan?

Nolan hanya tersenyum tipis, mengusap rambutnya sebelum menarik Candy ke arah teman ceweknya untuk kenalan.

"Gue ke sana dulu ya," ucapnya lalu menatap cewek yang sedang mencepol rambutnya. "Jen, titip ya. Awas jangan ngomong macem-macem!"

Peringatan tersebut hanya dibalas dengan anggukan malas. Cewek bernama Jen kemudian mengulurkan tangan. "Gue Jeni, lo?"

Candy dengan ragu membalas jabatan tangan tersebut. "Candy."

Jeni mengangguk lagi lalu meneliti penampilannya membuat Candy merasa tak nyaman. Cewek itu kemudian menipiskan bibir. "Lo yakin cuma temen dia?"

"Iya, kenapa emang?" tanyanya yang malas dibalas dengan pertanyaan lain.

"Udah lama kenal sama Nolan?" Jeni sepertinya berbakat menjadi seorang reporter.

Candy menggeleng. "Enggak, ini ... pertemuan ke empat kita."

"Dan lo langsung mau diajak sama dia?" tanya cewek itu terkesan sinis. Namun, Jeni mengatakan itu bukan karena tak menyukainya melainkan keputusannya menerima ajakan cowok asing.

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang