Bagian 22, Permintaan Laras

315 79 57
                                    

Ini hanya tentang sebab dan akibat.
***

Damian turun dari motor matic-nya. Ia memutar kunci motor dan melangkah menuju kediaman sahabatnya. Kebetulan kemarin setelah bermain di rumah Ardana, ia lupa meninggalkan charger-nya.

Damian langsung pulang karena merasa begitu kesal. Candy berhasil membuatnya mood-nya buruk. Cewek itu tidak mengetahui keberadaannya saat memberikan lumpia basah pada Ardana seusai jalan-jalan dengan Lio.

Jujur saja, Damian merasa sesuatu menyentil dadanya. Ada perasaan tersinggung, marah dan ... entahlah ia sendiri bingung mendeskripisannya ketika tahu Candy menolak ajakannya dan malah pergi ke tempat itu bersama cowok lain.

Pintu terbuka setelah ia menekan bel beberapa kali. Ardana tampak terkejut sebelum mengajaknya masuk. Sampai ruang keluarga, cowok itu menghentikan langkah lalu melirik ke arahnya yang menaikan sebelah alis.

Ardana tampak menghela nafas kemudian berkata, "Gue ambil dulu ke kamar. Lo mau ikut apa nunggu di sini?"

Damian jelas merasa aneh dengan pertanyaan tersebut. Namun, saat mengarahkan pandangan ke sofa, ia seolah mengetahui alasan sahabatnya bertanya.

"Di sini aja," ujar Damian tanpa sadar. Ia bahkan kini fokus melangkah ke arah sofa, mengabaikan Ardana yang menggeleng dan memutuskan berlalu.

"Ar!"

Ardana yang baru beberapa langkah diundakan tangga menoleh.

"Sekalian ambilin selimut."

Hampir saja Ardana mendengkus. Sejeli itu Damian, padahal dirinya saja tidak berpikiran ke arah sana. Akhirnya ia mengangguk dan melanjutkan langkah menuju kamar.

Damian sendiri sempat terdiam sebelum berjongkok untuk memperhatikan raut wajah Candy yang tengah tertidur pulas.

Padahal sejak kemarin, cewek di depannya terus membuat Damian merasa kesal, termasuk kejadian tadi pagi. Ia benar-benar rindu menghabiskan waktu bersama Candy, tapi cewek itu seolah enggan berdekatan dengannya.

Apakah karena ia telah memiliki kekasih sehingga Candy merasa sungkan?

Damian mengangkat tangan, mengaitkan sejumput rambut Candy ke belakang telinga. Ia sempat berhenti melihat pergerakan kecil cewek itu yang sempat mengigau tak jelas.

Tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik. Hanya dengan melihat Candy yang terlelap, entah kenapa suasana hatinya terasa lebih baik.

Damian tidak sadar kalau kelakuannya tak luput dari perhatian Ardana yang sudah kembali.

Cowok itu menghembuskan nafas kasar sebelum menghampiri Damian dan mengangsurkan carger-an berwarna putih tersebut. "Nih!"

Damian tersentak lalu menoleh. Bukan untuk mengambil barang miliknya melainkan selimut dari tangan kanan Ardana dan menyelimuti tubuh Candy hingga dada. Setelah itu, barulah ia mengambil charger-annya.

"Langsung balik?" tanya Ardana, mengira sahabatnya akan tinggal lebih lama untuk menunggu Candy terbangun. Ia yang kerap melihat keduanya bersama bahkan jadi merasa kehilangan.

"Mau jemput Karin." Damian berjalan menuju ruang tamu.

"Dia lagi di mana emang?" Sebenarnya Ardana hanya basa basi. Toh, tidak penting juga mengetahui keberadaan Karin.

"Salon. Dia lagi di salon sama temen-temennya," jelas cowok itu yang Ardana tanggapi dengan anggukan.

"Gak mau nunggu Candy bangun dulu?" Ardana berusaha memancing sahabatnya. Damian sempat terdiam, melirik ka arah Candy sebelum menggeleng.

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang