Bagian 28, Tak Terkendali

307 77 29
                                    

Candy pulang ke rumah saat hari hampir gelap. Mamanya bahkan sempat mengomel, padahal bukan salah dirinya juga karena Reran susah dihubungi. Cowok itu ternyata malah baru bangun tidur dan hanya mengatakan maaf sebelum kemudian berlalu menuju dapur.

Candy segera membersihkan dari dan menjalankan solat magrib, barulah setelah itu beristirahat dengan rebahan di tempat tidur. Ia membuka chat dari kekasihnya karena siang tadi setelah Nolan menolak menjemputnya tak ia balas. Jelas Candy merasa sedikit kecewa karena cowok itu seperti tidak ada khawatirnya sama sekali.

Nolan❤️: Udh pulang?

Candy: Udh

Nolan ❤️: Jadinya pulang naik apa?

Candy: Motor sama Kak Danish

Nolan❤️: Danish siapa?

"Aish!" Candy menepuk dahinya. Seharusnya ia tak usah memberi tahu cowok itu. Kalau sudah begini, Nolan pasti akan mengomel seperti saat dirinya pergi dengan Lio.

Benar saja dugaannya. Nolan menelepon karena belum ia balas pesannya. Candy berdecak lalu menyentuh tombol hijau.

"Iya halo?"

"Danish siapa?" Nolan bertanya tanpa to the poin.

"Kakak kelas, dia-"

"Kamu minta jemput sama dia? Aku, kan udah bilang pesen grab aja," potong cowok di seberang sana membuatnya menahan napas. Candy merasa sangat lelah dan sedang tidak mau beradu argumen.

"Lan, kita ... gak sengaja ketemu. Apa salahnya aku nerima tawaran dia? Tadi tuh aku udah nyoba mesen grab tapi pada di cancel. Kalau gak ada Kak Danish, mungkin aku belum pulang sampe sekarang." Candy berbicara panjang lebar, tatapannya terarah pada jendela kamar, di mana samar-samar masih terlihat rintik hujan. "Kalau kamu nelepon cuma buat marah-marah, mending aku tutup teleponnya," ancam Candy.

"Kamu mulai berani?"

Candy memejamkan mata. Berusaha menormalkan deru napasnya. "Lan, aku cuma lagi capek banget, tolong dong ngertiin aku."

"Aku gak bakal marah kalau kamu bilang sebelumnya," sangkal Nolan membuatnya hampir berdecak.

Selama pacaran, Candy selalu mengalah karena tak mau terjadi pertengkaran hingga berimbas pada hubungan mereka. Namun, kali ini ia tidak bisa menahan diri. Bukankah seharusnya Nolan berterima kasih pada Danish? Atau setidaknya menanyakan keadaannya dan meminta maaf karena tak bisa menjemput.

"Lan, apa masih penting aku bilang dianter sama siapa? Harusnya kamu bersyukur ada yang berbaik hati nganter pulang disaat pacar aku sendiri nolak dateng."

Cowok di seberang sana sempat terdiam sebelum terdengar embusan napas kasar. Candy kira sang pacar akan mengakui kesalahannya, ternyata dugaannya salah.

"Besok kita bicara lagi."

"Aku mau kita selesain sekarang," tegas Candy. Apa susahnya minta maaf sih Lan? Semua bakal langsung beres.

"Udahlah! Katanya kamu capek, 'kan? Ya udah istirahat. Aku tutup."

Candy hendak kembali berbicara ketika cowok itu sudah menutup teleponnya begitu saja. Kesal, ia menyimpan ponsel di dekat tubuhnya lalu memandangi langit-langit kamar dengan nanar.

Bunyi hujan masih terdengar di luar sana. Candy mengubah posisinya menjadi menyamping, mengambil ponselnya untuk memutar lagu yang bisa membuat perasaannya membaik.
***

SWEET CANDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang