PART 02 🍒

228K 17.7K 856
                                    


Kini Diana tengah berada di tempat terakhirnya Dea. Satu jam setelah menemani Alvan jalan-jalan, Diana memutuskan untuk ke pemakaman saudara kembarnya, Dea.

Sedangkan Alvan dia juga ikut bersama Diana, dan sekarang dia tengah berjongkok dengan memperhatikan Bundanya yang tengah menangis.

"Dea... Kenapa secepat ini kamu ninggalin aku! Setelah Dinda, sekarang kamu! Aku belum iklas atas kepergian kalian," Air mata Diana semakin berjatuhan. Hatinya sangat sakit atas kepergian Dea yang tiba-tiba.

"Undaa angan nangis..." Lirih Alvan dengan memeluk Bundanya dari samping, hati Alvan sakit jika Bundanya bersedih seperti ini.

Diana membalas pelukan Alvan, lalu menangis tersedu-sedu.

"Undaa temen undaa pasti bahagia di culga," Ucap Alvan dengan menatap pemakaman Dea.

Alvan belum tau jika yang dikubur itu Dea, karena yang Alvan tau itu teman Bundanya.

Diana semakin mengeratkan pelukannya pada Alvan, hatinya terlalu rapuh sekarang. Diana harus gimana? Apa dia harus menjelaskan pada Alvan bahwa dia bukan Bundanya. Tapi Diana belum siap jika Alvan menjauhinya, dia sudah sangat menyanyangi anaknya ini, ya Alvan adalah anaknya sekarang dan mungkin selamanya.

"Sayang, kamu anaknya bunda!" Ucap Diana dengan melepaskan pelukannya lalu menciumi wajah Alvan.

Alvan membalas mencium Diana dipipi, "Unda juga Unda Al!"

Tanpa mereka sadari seorang pria memperhatikan mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Diana memutuskan untuk membawa Alvan pulang kerumah orang tuanya. Tapi dia akan meminta izin terlebih dahulu pada Melvin, karena bagaimana pun Melvin adalah Ayah dari Alvan, meskipun Diana yakin Melvin tidak akan peduli.

"Sayang, kita nginep dirumah Nenek kakek ya?" Ucap Diana.

Alvan mengangguk antusias, "Iya Undaa."

Diana tersenyum mendengar balasan dari anaknya, lalu Diana menuntun Alvan untuk masuk kedalam.

Sesampainya didalam, Diana bisa melihat Mommy-nya yang tengah menangis ditenangi oleh Daddy nya. Sedangkan Darel dia hanya diam dengan tatapan kosongnya. Tuhan mengambil adiknya lagi.

Diana berjalan kearah mereka, lalu berjongkok dihadapan mommy yang tengah menangis.

"Mommy... "

"Ana..." Lirih Abel saat melihat Diana.

"Jangan sedih ya Mom," Ucap Diana dengan mengusap air mata Abel dengan lembut.

Abel kembali menangis lalu membawa Diana ke pelukannya. Rasa rindu untuk Dea sedikit terobati karena wajah mereka sama.

Daniel ikut memeluk Kedua wanita yang sangat dicintainya, begitu pun dengan Darel, dia ikut memeluk keluarganya.

"Undaa..." Lirih Alvan karena merasa diabaikan.

Sontak saja mereka melepaskan pelukannya, dan menatap kearah Alvan yang kini matanya sudah berkaca-kaca. Mereka terkekeh gemas, lalu Diana membawa Alvan ke pangkuannya.

"Dad, Alvan mau nginep disini." Ucap Diana.

"Tidak masalah, daddy senang jika cucu Daddy ada disini." Balas Daniel dengan mengelus rambut Alvan lembut.

"Ana, Melvin sudah tau?" Tanya Abel yang dapat gelengan dari Diana.

"Lebih baik kamu menghubunginya jika Alvan akan menginap disini," Sahut Daniel.

"Iya Dad, hanya saja aku tidak memiliki nomor handphone nya." Ujar Diana ketika mengingat dia tidak memiliki nomor Melvin, ya memang nya untuk apa? Diana tidak sedekat itu dengan kakak iparnya.

Diana tidak dekat dengan kakak kakak iparnya, apalagi dengan suami Dinda yang jelas keluarga menentang hubungannya.

"Nih kartu namanya, kamu bisa menghubunginya." Ucap Darel dengan memberikan kartu nama Melvin pada Diana.

"Makasih kak,"

"Sama-sama, sayang."

Kak Melvin

Kak...
Ini Diana
Aku minta izin bawa Alvan untuk nginap dirumah Daddy

Iyaa

Aaa kiyowooo😍
Fix inimah anak aku di masa depan😇

Jangan lupa votenya!
Kalau gak, marah nih😤

MAS DUDA (SELESAI✔)Where stories live. Discover now