JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA.
DAN CERITA INI SEDIKIT MENGANDUNG ADEGAN DEWASA🔞
UPDATE SESUAI MOOD.
Judul awal: BUNDAAA
____
Dia Diana, kesayangan Baby Alvan dan om-om Duda.
____
Note: BISMILLAH.
Teman-teman saya harap kalian buang jauh-jauh da...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Diana kembaran saya😇
Diana tersenyum gemas melihat Alvan yang kini masih tertidur. "Anaknya Bunda gemesin banget sih, padahal lagi tidur." Diana mengusap pipi Alvan dengan lembut, lalu menciumnya.
Cup, cup, cup.
Diana menciumi wajah Alvan. "Sayang, bangun yuk."
"Eughh," Alvan melenguh. Matanya mengerjap ngerjap lucu, hingga membuat Diana harus menahan gemasnya.
"Good morning sayang," Sapa Diana saat mata Alvan sudah terbuka sempurna.
"Undaa!" Alvan langsung memeluk Diana.
"Hiks..."
"Eh kok nangis?" Kaget Diana dengan melepaskan pelukan Alvan, lalu menatap wajah Alvan yang sudah dipenuhi air mata.
"Undaa jaat! Hikss.. Undaa tinggalin Al,"
Diana mengusap pipi Alvan dengan lembut, "Maafin Bunda ya Sayang," Diana kembali membawa Alvan ke pelukannya.
Alvan membalas pelukan Diana dengan erat. Entah kenapa bayangan Diana yang akan meninggalkannya berputar di kepalanya. Alvan takut Bundanya pergi. Jika Alvan harus memilih, dia lebih baik Diana yang kasar dan tidak memperdulikan nya, daripada Diana harus pergi meninggalkannya.
"Udah ya? Sekarang Alvan mandi, lalu kita makan." Seru Diana dengan melepaskan pelukannya.
"Tapi undaa anji ya nda ninggalin Al agi?"
"Bunda janji sayang," Balas Diana.
_
Kini Diana dan Alvan sudah duduk dikursi masing-masing. Diana menuangkan nasi serta lauknya kepirimg Alvan.
Diana menatap piring Melvin yang masih kosong. "Mau di ambilin kak?" Tanya Diana menatap Melvin yang kini tengah menatapnya juga.
"Jika tidak keberatan," Balas Melvin.
Diana mengangguk, lalu dia menuangkan Nasi serta lauknya kepiring Melvin. Diam diam Melvin mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, sangat tipis. Dirinya seperti suami yang sedang dilayani oleh sang Istri.
Mereka memakan makanannya dengan keadaan hening. Tapi sesekali Alvan merengek karena Diana terus terusan menambah porsi makan Alvan.
