BAB TIGA

10.5K 928 5
                                    

Selama beberapa hari ini Dera tak pernah berhenti untuk memperbaik kondisinya, hingga akhirnya kedua kaki jenjang miliknya itu kini bisa berjalan dengan normal. Ini semua berkat kegigihannya serta bantuan Indah, salah satu maid di rumahnya.

Namun, selama beberapa hari ini pula Dera dibuat bingung akan sikap ketiga putra Jayden, ia tidak mengerti apa yang terjadi hingga membuat mereka tampak benci dan tidak suka dengan kehadirannya, tak jarang secara terang-terangan mereka menatap Dera dengan tatapan tajam, sedang wanita itu tak bisa berbuat apa-apa, selain diam dengan kebingungan yang melanda.

Sebetulnya, ia sudah bertanya pada Jayden dan juga Indah, namun mereka berdua tak memberinya jawaban pasti, yang mereka katakan hanyalah, biar saja ketiga anak itu yang bercerita sendiri. Lalu jika menunggu sampai hari itu terjadi, apa yang harus Dera lakukan? Terjebak dalam lingkaran atmosfir yang tak membuatnya tenang?

Sampai akhirnya, hari ini ia berinisiatif untuk mendekati ketiga putra sambungnya itu, membawakan semangkuk salad buah yang nampak segar dan manis, menghampiri ketiga pemuda yang berkumpul di ruang tengah sembari bermain UNO itu.

"Mommy bikin salad buat kalian, dimakan ya," ujar wanita itu, tersenyum hangat, meletakkan mangkuk yang berisi salad itu di atas meja yang terletak di dekat mereka duduk pada karpet, sedang asyik menyusun UNO.

Hal itu menyita atensi Jansen dan Jean, kedua pemuda itu menoleh sinis, lalu membuang muka tak acuh. Sedang Raiden, tampak menunduk mengalihkan pandangan. Yang selalu terjadi seperti biasanya, namun itu tak membuat Dera kehabisan akal dan surut semangat untuk mendekati ketiga putranya.

Mengambil duduk di samping Raiden, pemuda berperawakan kecil itu tampak ketakutan seketika, langsung bergeser memberi jarak agar tak terlalu dekat dengan Dera. Jansen tampak melirik dengan tidak suka kehadiran Dera yang mengusik pandangannya.

"Mau apa?" tanya Jansen, dingin.

Dengan tersenyum, Dera menjawab, "Nggak apa-apa, terusin mainnya, Mommy cuma mau lihat aja."

Memutar bola matanya, Jansen berdecih. "Berhenti pura-pura baik, sandiwara apalagi yang mau lo lakuin kali ini? Nggak cukup bikin kita sengsara sama kelakuan busuk lo itu?" sarkas Jansen, lidahnya tampak sangat lihai mengatakan kata-kata tajam itu pada Dera.

Membuat Dera terkejut mendengarnya. Jelas saja. Lihat, pemuda itu sangat dingin dan cuek sebelumnya, terlihat enggan membuka mulut untuk Dera, namun sekalinya berbicara panjang, yang ia katakan justru menyakiti hati wanita itu.

Sandiwara apa maksudnya? Siapa yang sedang berpura-pura baik?

Dera semakin bingung. Apa sebelumnya ia telah berbuat jahat pada ketiga anak ini? Tapi itu tidak mungkin, bagaimana bisa ia setega itu untuk melakukannya?

"M-maksud kamu apa, Jansen?" tanya Dera, memaksakan senyum, tak tahu dengan arah pembicaraan Jansen.

"Ck, stop. Gue muak dengar suara lo," pungkas Jean, berdiri lantas beranjak pergi.

Mendengkus kasar, Jansen menarik tangan Raiden untuk ikut pergi dari sini, membuat pemuda itu sedikit terkejut karena tiba-tiba ditarik pergi.

Meninggalkan Dera yang tengah berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Membuang napas pelan, wanita itu memijit pangkal hidungnya. Kehilangan ingatan ini membuat ia benar-benar frustrasi, sebenarnya hal apa yang sudah terjadi di antara mereka sebelumnya?

***

Beberapa kali Dera membuang napas pelan, menepuk kepalanya pelan dan memejamkan mata, memaksa otaknya untuk mengingat memori yang sebelumnya sudah terjadi, namun semakin ia berusaha mengingat, semakin sakit juga kepalanya. Terjebak di situasi seperti ini membuatnya tidak nyaman, Dera tidak suka menjadi seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa seperti ini.

AffectionWhere stories live. Discover now