BAB TIGA PULUH TIGA

10.3K 723 21
                                    

Jika kalian bertanya bagaimana keadaan Jayden saat ini, jawabannya adalah, kacau.

Ya, pria itu sangat kacau saat ini. Terlebih saat tiba-tiba muncul berita rumor tentang hubungan gelapnya dengan Maudy, kasus masa lalu orang tua Maudy yang disangkut pautkan dengan dirinya, karena Dera yang masih berstatus sebagai istrinya, serta rumor-rumor lain yang membuat kepala Jayden seperti mendidih membacanya.

Karena berita-berita buruk itu, perusahaan menjadi terkena imbasnya, ia harus menanggung rugi atas pesanan klien yang tiba-tiba dibatalkan padahal sudah setengah jalan, juga saham yang mengalami penurunan.

Beruntung berita-berita itu menghilang tidak lama setelahnya, jadi Jayden bisa membuat penyangkalan atas isu-isu buruk yang menyeret namanya. Kendati demikian tetap tidak menutup kerugian yang telah ia alami.

Mengurut pelan pelipisnya, Jayden membuang napas kasar. "Mari kita selesaikan masalah ini satu persatu."

Dan ya, apa yang ia mulai, memang harus ia selesaikan. Sebodoh-bodohnya orang dungu, lebih bodoh orang yang mengambil keputusan besar secara gegabah dalam keadaan emosi. Alih-alih mendapat solusi, justru penyesalanlah yang akan ia dapati.

***

"Kita perlu bicara."

Di sinilah Jayden sekarang, bersama perempuan cantik yang tampaknya sedang sibuk mengurus sesuatu sedari tadi.

Helaan napas frustrasi terdengar dari perempuan cantik yang tak lain adalah Maudy itu. "Haruskah sekarang? Aku sedang sibuk, Jay, Aku benar-benar pusing, tak bisakah orang-orang berhenti memberiku tekanan?" ujar perempuan itu, raut wajahnya menunjukkan jika ia benar-benar sedang lelah saat ini.

Jayden membuang napas pelan. "Mari kita akhiri ini," tandas pria itu, membuat Maudy mematung, terdiam sejenak.

"Maksud kamu?" Perempuan itu bertanya dengan mata memicing dan sebelah alis yang terangkat.

"Seharusnya, sejak awal kita tidak melakukan ini, Maudy."

"Excuse me? Come again?" Raut wajah Maudy berubah intens, dengan alis yang menyatu dan sorot mata yang menajam.

Jayden kembali membuang napas. "Mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi jika seandainya dulu hubungan kita tidak pernah terjalin. Jadi ... maaf. Sekarang, mari kita akhiri semua ini, dan kembali seperti sebelumnya," jelas Jayden berusaha setenang dan selembut mungkin, tanpa mengalihkan tatapannya dari Maudy.

Seketika emosi Maudy langsung tersulut. "After all?!" seru perempuan itu, marah.

Jayden mengangguk. "Maaf."

Plak!

Satu tamparan keras, untuk kedua kalinya hari ini mendarat di pipi kiri Jayden, membuat emosi pria itu sempat tersulut, terlebih ketika Maudy memakinya.

"You're such a fucking jerk!" maki perempuan itu dengan napas tak beraturan.

"Setelah semua yang terjadi dan kamu meminta untuk mengakhiri hubungan kita begitu saja?! Aku tidak mau," ujar Maudy membuat penolakan keras.

"Saya tidak meminta pendapat kamu, jadi mau tidak mau, kita harus berakhir. Setidaknya ini belum terlambat, sebelum kita terluka lebih jauh lagi. Maaf. Kamu pantas untuk marah, silakan pukul dan tampar saya sepuas kamu." Ucapan Jayden kian melunak.

Maudy menggeleng. "Kenapa? Kamu bilang akan menikahiku, tapi kenapa tiba-tiba kamu mengakhiri sepihak hubungan kita seperti ini? Apa selama ini aku hanya menjadi rasa pelampiasanmu saja?!"

Jayden menggeleng, namun tak ada kata lain yang keluar dari mulutnya selain kata maaf.

"Kamu keterlaluan, Jay! Aku tidak mau berpisah. Pasti karena wanitu itu 'kan?! Pasti wanita itu sudah memprovokasi kamu untuk mengakhiri hubungan kita, iya 'kan?!" teriak Maudy, mengguncang lengan Jayden.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang