BAB TUJUH BELAS

8.4K 735 23
                                    

"Dilihat dari hasil pemeriksaan, kondisi anda sudah jauh lebih membaik dari sebelumnya, tetap jaga kesehatan dan jangan sampai terlalu kelelahan ya, Bu," jelas seorang laki-laki paruh baya berjas putih dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu.

Menganggukkan kepalanya dan tersenyum, Dera melihat lembaran informasi kesehatan yang diberikan oleh dokter.

"Ingatan saya pasti bisa kembali lagi 'kan, Dok?" tanya Dera, mengalihkan pandangannya pada sang dokter.

Tersenyum, pria paruh baya itu mengangguk. "Tentu, Ibu Dera sabar saja ya, memang perlu waktu, karena tidak bisa dipaksakan, asal kondisi kesehatan Ibu semakin membaik, ingatan Ibu pasti akan kembali seiring berjalannya waktu."

Dera membuang napas, dan mengangguk dengan senyuman. Yang harus ia lakukan sekarang, adalah menjaga kesehatan dan bersabar, ia yakin ingatannya nanti akan kembali. Walaupun Dera tahu, tak banyak hal indah yang ada dalam ingatannya dulu, paling tidak, Dera bisa mengingat beberapa informasi penting yang mungkin sempat ia lupakan.

"Ngomong-ngomong, Ibu sendirian saja? Tumben sekali, biasanya datang bersama Pak Jayden," tanya dokter itu seraya memasukkan riwayat pemeriksaan ke dalam amplop cokelat.

Senyum yang tadinya masih terulas perlahan meluntur tatkala mendengar pertanyaan itu, namun Dera segera merubah mimik wajah, tak ingin memperlihatkan perasaannya yang kalau boleh jujur, ia memang sedih saat Jayden menolak untuk menemaninya.

Dera tahu pria itu sedang sibuk dengan pekerjaan di kantor, tapi memang sampai sesibuk itu ya sampai meluangkan waktu barang sebentar saja tak bisa?

"Oh, itu, suami saya memang sedang ada rapat penting hari ini dan tidak bisa ditunda, jadi saya yang pergi sendiri," jawab Dera dibubuhi senyuman tipis.

Sang dokter mengangguk dengan senyuman ramahnya, menyerahkan amplop cokelat itu pada Dera. "Terimakasih kunjungannya hari ini, sampai jumpa di jadwal check up selanjutnya ya, Bu."

"Terimakasih kembali, Dokter. Kalau begitu, saya permisi. Mari," pamit Dera, mengangguk sopan, membawa amplop miliknya dan melenggang pergi dari tempat.

Begitu sampai di dalam mobil, niat Dera untuk segera pergi dari sini terurungkan ketika ponselnya berdering. Mengambilnya dari dalam tas, Dera mendekatkan benda pipih itu ke samping wajah sembari menyuarakan sapaan.

"Halo, Sy?"

"Halo, Mira. Are you busy today? If not, let's meet up! Mari minum teh bersama. I miss you so so so so so much!" ujar Jessy dari seberang sana, terdengar sangat bersemangat seperti biasa, membuat Dera tersenyum karenanya.

"Kamu dimana? Kirim saja lokasinya, aku akan ke sana. Kebetulan aku barusaja selesai check up," balas Dera.

"Oh, really? Bagaimana hasilnya? Any good news I can hear?"

Dera tersenyum. "Dokter bilang, kondisi kesehatanku sudah membaik dari sebelumnya, hanya perlu bersabar, aku pasti akan bisa mengingat kembali ingatan-ingatanku yang masih hilang."

"Glad to hear that! Let's continue this convo after meeting! Aku sudah mengirim lokasinya, see you, Babe!"

Dera tertawa. "Ehem, see you too, Essy."

Memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas, Dera memakai seatbelt dan menyalakan mesin mobil, memutar kereta besi beroda empat itu untuk menuju tempat lokasi yang sudah dikirimkan oleh Jessy.

Setelah lima belas menit di perjalanan, Dera menghentikan mobil di depan sebuah kedai yang nampak cukup ramai pengunjung, melepas sealbelt dan mengambil tasnya, Dera turun dari mobil dan masuk ke dalam kedai, menyapu pandangan, wanita itu tersenyum tatkala irisnya menemukan sang sahabat tengah menunggu di meja dekat jendela.

AffectionWhere stories live. Discover now