BAB DUA PULUH

9.2K 673 3
                                    

Setelah berhari-hari menghabiskan waktu untuk mengurus kesibukan event Glamour Fashion Week, serta melayani pesanan dari klien, dan segala tetek bengeknya, kini Dera bisa sedikit bernapas lega, karena semuanya berjalan dengan lancar, kendati kesibukannya masih belum berakhir, setidaknya kini ia tak sampai harus menetap di butik hingga larut malam seperti yang sudah-sudah.

Bahkan ia sampai terlupa tentang masalah Theodore yang masih belum jelas. Jessy pun juga tak pernah menyinggung karena tahu situasi dan keadaan.

"Ya, masuk!"

Pintu ruangan terbuka begitu mendapati izin dari sang pemilik ruang setelah ia mengetuk beberapa kali.

"Oh, ada apa, Dania?" tanya Dera, ketika melihat Dania lah yang mengetuk pintu ruangannya.

"Nona, saya rasa anda salah memasukkan nominal untuk gaji saya, bukankah itu terlalu banyak?" tanya Dania setelah beberapa saat yang lalu ia mengecek saldo rekening bukti transfer gajinya bulan ini dan menemukan sebuah kejanggalan, adanya kelebihan nominal dari yang seharusnya ia dapat.

Tertawa pelan, Dera menggeleng. "Kamu layak untuk mendapat itu, Dania. Terimakasih ya, untuk waktu dan kerja kerasnya, jika bukan karena kalian, mungkin kita tidak bisa berpartisipasi di acara kemarin."

Mengembangkan senyum, Dania mengangguk sopan. "Terimakasih kembali, Nona, ini semua juga berkat kerja keras dan kegigihan anda. Saya sangat senang, karena perlahan butik mulai kembali ramai pengunjung."

Mengembuskan napas pelan, Dera menggangguk dengan senyuman tipisnya. "Kamu benar, rasanya lega sekali ya, ketika kerja keras kita bisa terbayar? Oh ya, ngomong-ngomong, setelah ini saya ada janji makan siang bersama klien. Kartu kredit butik masih ada di kamu 'kan?"

Dania mengangguk. "Sebentar, akan saya ambil-"

"No, no, no, tidak perlu. Pesan makan siang untuk semua karyawan butik menggunakan kartu itu, jangan lupa menyimpan notanya sebagai dokumentasi," ujar Dera, membuat Dania mengerjap.

"Hm? O-oh, iya, baik, Nona," jawab Dania.

Dera mengangguk. "Kamu boleh keluar."

Menunduk sopan, perempuan muda itu melenggang pergi keluar dari ruangan, namun beberapa saat kemudian, ia kembali masuk dengan membawa sesuatu di tangannya, membuat Dera yang tadinya sibuk memberi stempel dan tanda tangan pun kembali mendongak.

"Maaf, Nona, ada paket untuk anda," ujar Dania, mengundang kerutan halus di dahi Dera.

"Paket? Saya tidak memesan paket sebelumnya. Dari siapa?" tanya Dera.

"Tidak ada nama pengirim, hanya ada nama perusahaan, mungkin hadiah dari klien?" tebak Dania ketika memeriksa label pengiriman pada kotak yang terbungkus plastik hitam tersebut.

"Nama perusahaan? Coba saya lihat."

Dania mengangguk, memberikan kotak paket itu pada sang atasan. Membaca label pengiriman, mata Dera spontan menyipit begitu melihat nama perusahaan yang digunakan oleh pengirim.

"Yuanda?" gumam Dera.

Apa ini dari Theo?

Tapi, apa isinya? Kenapa tiba-tiba pria itu mengirimkan paket? Bahkan pesan Dera beberapa hari yang lalu sama sekali tidak dibalas, setelah membuat Dera seperti dihantui rasa penasaran, pria itu seolah menghilang tanpa rasa dosa, lalu tiba-tiba mengirimkan sebuah paket untuknya?

"Terimakasih, saya akan membukanya nanti. Sekarang saya harus pergi karena masih ada urusan. Titip butik ya, Dania, dan jangan lupa pesan saya tadi, mungkin saya tidak kembali ke butik lagi nanti," ujar Dera, bangkit dari duduknya, mengambil tas dan membawa kotak paket itu bersamanya.

AffectionWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu