BAB TIGA PULUH SEMBILAN

11.2K 739 10
                                    

Menyipitkan matanya, bibir Jessy terbuka tak terlalu lebar ketika ia mendapati presensi seorang pria yang selama dua bulan ini berusaha untuk ia tahan agar tak bertemu dengan sahabatnya.

"Fucking asshole, Jay—"

"Essy, tenang dulu, oke?" tahan Dera ketika Jessy mengambil langkah hendak mendekati Jayden.

Menatap wanita berbadan dua itu, Jessy menautkan alisnya. "Bagaimana aku bisa tenang, Mira? Kenapa dia bisa tiba-tiba ada di sini? Mau apa dia ke sini? Bukankah kita sudah membuat kesepakatan sebelumnya? You broke the deal, Jayden," ujar Jessy beralih menatap Jayden berapi-api, sudah sedang lelah lalu dihadapkan dengan sesuatu yang membuatnya emosi.

"Kesepakatan apa, Essy?" tanya Dera, dengan raut wajah yang ia buat serius, sengaja untuk memancing Jessy.

Melebarkan bola matanya, bibir Jessy bergerak-gerak seperti mulut ikan yang keluar dari air. "Kesepakatan, maksudku—"

"Apa yang sudah kamu sembunyikan selama ini, Essy?" tanya Dera menyela ucapan Jessy.

"M-mira, lemme explain, begini, maksudku, kita sudah jauh-jauh dari Indonesia ke New York, lalu tidak mungkin 'kan jika aku akan mengizinkan Jayden untuk bertemu kamu dengan mudah setelah apa yang ia perbuat? Aku berusaha untuk memahami kondisi kamu, aku juga tidak ingin kamu dan si baby kenapa-napa. Maaf karena sudah menyembunyikan hal ini, tapi aku bersumpah jika aku tidak punya niat buruk, bukannya aku ingin menjauhkan kalian, hanya saja aku khawatir jika hal tidak diinginkan akan terjadi nanti," urai Jessy, menatap Dera berusaha meyakinkan.

Mengembuskan napas, Dera mengulas senyum tipis dan menyentuh tangan Jessy. "Don't worry, Essy, semuanya baik-baik saja, terimakasih untuk effort kamu tentang hal ini, Jayden sudah memberitahuku tadi, kamu tidak perlu takut lagi, karena kami sudah berbaikan sekarang, I guess there's nothing wrong with this, so ... ya let's give it a try," ujar Dera membuat Jessy menyipitkan matanya dengan mulut terbuka.

"Ya, nice. Kamu sudah tahu, lalu bertanya seperti itu, kamu ini ingin membuatku terkena serangan panik, ya?" seru Jessy dengan alis bertaut.

Dera menyengir kecil. "Maaf," cetusnya seperti tanpa dosa.

Mengalihkan pandangan sesaat, Jessy bergeleng pelan dan membuang napas. "Lalu apa kamu bilang tadi? Kalian sudah berbaikan?" ulang Jessy, menatap Dera dan Jayden bergantian, lantas tatapan yang semula tampak garang itu perlahan melunak. "Glad to hear that," ujar Jessy tersenyum tulus menatap Dera, lantas pandangannya beralih pada Jayden dan kembali berubah serius.

"Tapi ingat, Jayden, sekali lagi kamu menyakiti Dera, aku tidak segan-segan untuk membawanya pergi lebih jauh dari ini, I'll give you one last chance, jadi gunakan kesempatan itu baik-baik," peringat Jessy dengan serius.

Jayden mengangguk dengan raut wajah tegasnya. "I keep. Trust me. Maaf karena terlalu emosional sampai mengingkari kesepakatan kita, saya tidak dapat menahannya lagi, I miss her. So much, and I'm like going crazy because it," ungkap Jayden, menatap Dera dengan sepenuh hati.

Jessy berdecih. "Cih, jangan manis di bibir saja, sialan. Aku tidak butuh kalimat bualan itu, awas saja jika perempuan ular itu masih saja mengganggu, akan aku jambak rambutnya sampai botak," ucap Jessy bar-bar, membuat Dera membulatkan matanya.

"Essy," tegur wanita itu.

Sedang Jayden hanya tersenyum tipis. "Tidak akan ada lagi peganggu, jangan khawatir. Semuanya sudah teratasi."

Jessy bersidekap, dengan dagu berkerut ia mengangguk. "Baguslah."

"Jadi ... apa ada lagi sesuatu belum jelas yang perlu kita bicarakan?" ujar Dera menengahi.

AffectionWhere stories live. Discover now