BAB TIGA PULUH LIMA

10.8K 686 20
                                    

Langkah kaki dari seorang wanita berumur masuk ke dalam gedung tinggi pencakar langit itu, menuju ke meja resepsionis untuk menanyakan sesuatu, setelah mendapat jawaban dari sang resepsionis, wanita paruh baya itu mengangguk, kembali meneruskan langkah ke ruangan yang hendak ia tuju.

"Jayden Cole Rodriguez." Panggilan tegas terdengar menggema di dalam ruangan setelah wanita paruh baya itu membuka pintu ruangan, membuat sang empu yang namanya disebut sontak mendongak.

Mendapati siapa yang telah memanggil nama lengkapnya dengan lantang, Jayden membulatkan kedua bola matanya. "Mama?" ujarnya terkejut, segera bangkit dari kursi yang ia duduki untuk menghampiri wanita paruh baya yang ternyata adalah ibunya.

"Mama kenapa bisa ada di sini? Sejak kapan sampai di Indonesia? Kenapa tidak mengabari?" tanya Jayden beruntutan.

Namun alih-alih mendapat jawaban, wanita paruh baya itu justru memasang wajah tak bersahabat, melayangkan tas kulitnya, memukul bisep sang putra. "That is not important. Apa yang sudah kamu lakukan tanpa sepengetahuan Mama selama ini? Kamu berhutang penjelasan, Jayden."

Kontan, Jayden terkejut karena mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. "Penjelasan ... maksud Mama?"

Wanita paruh baya itu kembali melayangkan tas kulitnya. "Jangan pura-pura bodoh. Kamu pikir Mama tidak tahu jika kamu bercerai dengan Dera dan hendak menikah lagi?" tutur wanita itu, kembali membuat Jayden terkejut.

"Perusahaan mengalami masalah juga pasti karena ini 'kan, Jayden? Hanya karena Mama berada di tempat jauh, jangan kamu kira Mama tidak tahu apa yang terjadi pada perusahaan. Papa kamu selalu mengawasi setiap saat. Kamu mau jabatan kamu dicabut dan didisposisi?" ujar wanita berumur itu membuat Jayden terdiam.

"Ma—"

"Shut! Dengarkan Mama dulu," sela Mama Jayden. Wanita itu menghela napas kasar.

"Mama benar-benar tidak menyangka dengan apa yang kamu lakukan. Apa pernah Mama mengajari kamu untuk melakukan hal seperti ini? Paling tidak jika memang ingin berpisah, ya berpisah dulu, jangan serakah dengan langsung mencari perempuan lain, itu namanya berengsek. Apa kamu tidak berpikir dulu sebelum bertindak? Kamu itu sudah bukan anak kecil, you're thirty six years old, harusnya sudah bisa berpikir terbuka dan dewasa. Masalah seperti ini bisa berakibat fatal, Jay, kamu mau menghancurkan bisnis yang dirintis mendiang Opa dari bawah? Mau ditendang kamu dari keluarga Rodriguez?" omel wanita itu bak sepur yang melintasi rel, terus berentetan panjang.

Sedang Jayden hanya diam, seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya karena telah bertindak ceroboh.

"Mama tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga kamu, tapi bukan berarti Mama mendukung kamu untuk bercerai. Mama tidak tahu masalah kamu dengan Dera itu apa, tapi jika memang masih bisa dibicarakan baik-baik, bicarakanlah. Masih banyak penyelesaian alternatif selain berpisah. Pikirkan juga anak-anak kamu, cucu Mama. Kalau mereka tidak mau ya jangan dipaksa. Raiden sampai menangis sesenggukan saat menelepon Mama, bagaimana bisa kamu tega melihatnya?" lanjut wanita itu masih meneruskan omelannya. Ya inilah ibu Jayden yang super duper cerewet.

Iriana Budiawan, dia adalah wanita dengan pribadi yang santai, namun akan berubah menjadi orang yang sangat cerewet jika anak atau suaminya melakukan kesalahan. Pembawaannya yang aktif dan selalu berenergi sangat serasi dengar papa Jayden yang pendiam dan tegas.

"Ma, Jayden tidak jadi bercerai dengan Dera. Jayden sudah menarik kembali gugatannya dari pengadilan. Jayden juga sudah menjauhi perempuan yang awalnya berniat untuk Jayden nikahi, masalah perusahaan juga sudah Jayden atasi, walaupun tidak memungkiri tentang kerugiannya yang cukup besar. Jayden minta maaf untuk itu, maaf juga karena masalah ini Mama sampai harus jauh-jauh terbang ke Indonesia—"

AffectionWhere stories live. Discover now