BAB TIGA PULUH DUA

10K 737 9
                                    

Lalu lalang orang yang mengusung kardus-kardus besar dari dalam rumah membuat Jayden mengerutkan dahi, merasa bingung.

Tadinya ia berkendara menuju ke sini karena sedang mengejar kemana perginya mobil Dera, ternyata wanita itu menuju ke rumah, namun sesampainya di rumah, Jayden justru dikejutkan adanya sebuah mobil pengangkut barang dan orang yang mengusung kardus-kardus, entah isinya apa.

Dengan cepat, Jayden segera menarik tungkainya masuk ke dalam rumah, tak perlu dicari, ia langsung mendapati Dera tengah bersidekap sembari mengatakan sesuatu pada orang yang tengah mengusung kardus-kardus besar itu.

"Dera!" panggil Jayden, membuat wanita itu kontan menoleh.

"Ada apa ini?" tanya pria itu dengan alis bertaut menatap apa yang tengah terjadi di sana.

Mengetahui eksistensi Jayden, Dera tersenyum kecil, ternyata benar jika Jayden mengekor di belakang mobilnya tadi, buktinya pria itu meninggalkan Maudy dan membututi dirinya sampai ke sini.

"As you can see," jawab Dera sembari mengendik kecil, lalu berjalan beberapa langkah mendekati Jayden.

"Aku tidak akan lagi menjatuhkan harga diri untuk mengemis cinta pada laki-laki yang bahkan tidak pernah menghargai keberadaanku," ujar Dera, menatap dekat kedua iris mata suami- atau lebih tepatnya calon mantan suaminya.

"So, selamat, kamu bebas. Aku tidak akan menunggu surat perceraian kita keluar dari pengadilan, karena aku akan pergi dari sini sekarang," ujar Dera lagi, dengan satu alis yang berjingkit naik, ia mengambil langkah mundur.

Telapak tangan Jayden mengepal. "Kenapa? Pasti ini ada hubungannya dengan laki-laki sialan itu 'kan?" terka Jayden, membuat Dera sedikit terkejut.

Tak ingin menampakkan ekspresi kejutnya, Dera segera mengubah mimik wajahnya. "Ada tidaknya, apakah itu urusan kamu? Bukankah memang kamu yang sejak awal menginginkan aku untuk pergi dari sini?" sahut wanita itu, menyulut emosi Jayden.

Tertawa miring, pria itu menatap tajam wanita yang ada di depannya. "Oh, jadi ternyata seperti itu kelakuan kamu di belakang saya selama ini? Berjuang seolah-olah masih mencintai saya padahal di belakang bermain dengan laki-laki lain-"

Plak!

Satu tamparan telak mendarat di pipi kiri Jayden. Dera melototkan matanya dengan alis menyatu, menatap Jayden marah.

"Jaga ucapan kamu, Jayden! Jangan pernah menyamakan aku dengan diri kamu, sekalipun bisa, aku tidak akan pernah dan tidak akan sudi melakukan hal serendah itu," seru Dera, penuh dengan penekanan.

Menggerakkan rahangnya, Jayden kembali menoleh pada Dera dengan mata memicing.

Segera menguasai diri, Dera memutar bola matanya. "You're wasting my time," tandas wanita itu, berbalik hendak pergi, namun langkahnya tertahan ketika tiba-tiba Jayden mencekal tangannya.

"Kamu tidak akan bisa bertemu dengan anak-anak setelah ini," ujar pria itu, menggunakan ultimatum sebagai alibi untuk mencegah kepergian Dera.

Menyentak cekalan Jayden, Dera menarik kembali tangannya. "Then? Apa aku terlihat peduli?"

"Mereka tidak sepenting itu untuk bisa aku temui."

Rahang Jayden mengeras. "Kamu akan menyesalinya nanti."

Dera tertawa. "Aku akan menyesalinya? Are you kidding me?" kekehnya, lantas kembali merotasi bola mata. "Mungkin lebih tepatnya, kamulah yang akan menyesali semuanya nanti," imbuh wanita itu mengulas senyum miring.

"Selamat tinggal, jangan lupa untuk datang tepat waktu di sidang perceraian kita besok," ujarnya, kembali berbalik untuk pergi dari sini.

Namun lagi-lagi langkahnya terhenti, setelah teriakan memanggil dan seseorang menabrak tubuhnya dari belakang, melingkarkan kedua tangan di perutnya untuk menahan agar ia tidak pergi.

AffectionWhere stories live. Discover now