4| The Target

120 42 69
                                    

Entah sudah berapa kali dirinya menguap, matanya terasa begitu berat dan lelah dari tubuhnya membuat kepalanya sedikit pusing. Namun sebuah misi membuatnya harus melawan kantuknya, ia kembali menyesapi kopinya dengan harapan mampu mengurangi rasa kantuknya.

Kling!

Seorang pria dengan tubuh tinggi memasuki kedai, sedikit berbincang dengan barista di sana sebelum akhirnya menoleh ke arah lain. Entah kenapa keberadaan pria itu tiba-tiba mengalihkan atensi kantuknya, bahkan pria tersebut sempat tersenyum manis kepadanya saat mata mereka bertemu, menampilkan lesung pipi yang membuatnya semakin tampan.

"Apakah dia orangnya? Sayang sekali kau akan berakhir di tangan nona Delyva hari ini, padahal pria yang tampan..." gumamnya lirih masih menatap punggung pria itu.

Namun sesuatu membuat kedua alisnya bertaut bingung, pria pemilik lesung pipi tadi terlihat tengah berbincang dengan seorang pria yang tidak kalah tampan, namun memiliki wajah Asia yang sangat ia kenal.

"Apa pria dihadapannya adalah rekannya? Aku kira dia hanya sendirian..." monolognya.

Kedua pria itu berbincang-bincang santai bahkan tidak jarang keduanya tertawa kecil, hingga suatu pemandangan membuat rasa penasaran Delyva bangkit. Mereka saling bertukar amplop coklat yang cukup tebal, transaksi.

Sebuah seringai terukir sempurna di wajahnya, ia kembali menikmati kopinya dengan santai. Rasa kantuknya menghilang tergantikan perasaan tidak sabar yang membuncah dalam dirinya, ia ingin segera menjalankan rencana yang telah terancang di otaknya.

Melirik jam tangannya, pukul empat lebih tiga puluh menit. Sudah satu jam lebih ia menunggu targetnya, entahlah baru kali ini ia memiliki firasat yang kuat pada targetnya. Ia merasa misinya kali ini akan berbeda dengan misi sebelumnya yang kadang membuatnya merasa muak dan bosan.

Namun Delyva tidak ingin terburu-buru kali ini, ia harus berhati-hati dalam menjalankan rencananya. Apalagi jika mengingat perkataan kliennya yang ia temui tadi, seorang pria manis dengan gigi kelinci yang membuatnya terlihat cukup imut.

"Tugas ini cukup berat, aku tidak bisa dengan pasti memberitahu seperti apa targetmu. Tapi yang jelas mereka akan melakukan transaksi di tempat ini, jadi tajamkan instingmu dengan baik. Killer Aphro..."

"Akan ada sedikit bantuan kecil nantinya, jadi pastikan kau tidak salah langkah dan justru menghancurkan semuanya!"

Ia menghembuskan nafas panjang, "Tanpa tahu fisik target, sepertinya ini bukan hal yang mudah..."

"Aku mengerti, sampai bertemu nanti malam."

Telinganya mendengar suara berat pria di seberangnya, rekan pria berlesung pipi tersebut berdiri lalu berjalan pergi melewati mejanya. Mata mereka sempat bertemu dalam beberapa detik, yang entah bagaimana mampu membuat Delyva teringat kembali dengan memori masa lalu yang telah lama ia coba lupakan.

Sorot matanya mengingatkanku akan seseorang... sudah cukup lama kami terpisah, apakah dia baik-baik saja sekarang?

"Agasshi, lain kali kalau ingin mengawasi seseorang pastikan dia tidak menyadarinya." (Nona)

Delyva tersentak dari lamunannya, ia menoleh dan terkejut melihat sosok pria yang telah duduk di hadapannya. Pria itu tersenyum santai, bahkan menikmati Expresso miliknya seolah tanpa beban.

Melihat ekspresi terkejut gadis di hadapannya, ia kembali tersenyum manis. "Apa kau mengenalku, agasshi?"

"Tidak, hanya saja... aku terpesona dengan ketampananmu, oppa..." dalam sekejap suaranya telah berubah menjadi mode biasa saat ia tengah menjalankan misinya, lembut namun seductif.

𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Where stories live. Discover now