21| Discussion

76 30 92
                                    

Sore itu semua anggota berkumpul di ruang pengobatan milik Luca, setelah sebelumnya mereka mendapatkan panggilan darurat dari Alarick yang memaksa mereka untuk segera kembali ke markas untuk membicarakan sesuatu.

Ruangan yang tadinya sunyi dan tenang seperti ruang pengobatan normal lainnya, seketika berubah tegang tepat setelah Luca dan Delyva menceritakan kejadian yang mereka alami di rumah sakit.

Cukup lama hanya ada keheningan yang bercampur dengan aura berat yang penuh intimidasi. Mereka saling memandang tajam satu sama lain seolah saling menilai, walaupun berusaha terlihat santai dengan memupuk pemikiran positif dalam diri masing-masing tetap tidak menutup kemungkinan munculnya perasaan curiga.

Menilai jika keheningan ini akan terus berlanjut, satu orang lalu berinsiatif untuk membuka suara mengeluarkan pendapatnya. "Dari perkataan Lee Taekyung itu, kita bisa menyimpulkan jika salah satu diantara kita adalah boneka The Breaker. Namun ada yang janggal, kalaupun dia mengira Delyva adalah sekutunya. Lalu kenapa dia justru ingin membunuhnya?" tanya Bella mengeluarkan dugaan yang sedari tadi memusingkan kepalanya.

"Ada dua kemungkinan. Bisa jadi dia salah dugaannya dan berniat membungkam Delyva, atau itu hanyalah pengalihan untuk memusingkan kita." Frans lalu mendecih sebal, dengan pandangan dingin mengarah ke seluruh anggota. Merasa kesal karena seperti di permainkan, Franscesca memang suka mempermainkan targetnya tapi ia benci jika hal tersebut terjadi padanya.

"Memang sepertinya kita harus saling waspada."

Semuanya kompak menatap ke arah Cianna yang baru saja berucap, mengerti arti tatapan penuh tuntutan mengarah padanya Cianna memutuskan kembali membuka mulutnya. "Dalam suatu kelompok memang harus di dasari oleh rasa kepercayaan, tapi sepertinya mudah sekali hancurnya. Jadi aku tidak salah, bukan?"

Feyre sontak terkekeh kecil mendengar perkataan sang adik, cukup bangga melihat Cianna yang mampu menghancurkan pemikiran waspada anggota The Ruler. Dalam situasi seperti ini, logika memang harus lebih utama daripada perasaan dan ego. Seseorang mengajarkan hal itu pada Feyre, yang kemudian ia ajarkan pada sang adik.

"Memang rencana yang sangat menarik." Feyre lalu menyunggingkan senyum tipis saat melihat satu orang terlihat setuju dengannya, "Pertama, mereka akan menghancurkan keutuhan grup kita dengan membuat saling curiga. Kemudian grup akan menjadi kacau dan lemah, dengan begitu mereka akan dengan mudah menghancurkan kita dengan sekali gerakan."

"Menilai dari ekspresi wajahmu sepertinya kau setuju, Vic."

Mendengar namanya di panggil oleh Feyre, Victor semakin tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipinya yang mempesona. "Kau benar. Sebenarnya sedari tadi aku sedang memikirkan maksud di baliknya tapi keduluan kalian berdua. Sungguh menarik," ucapnya dengan seringai kecil, merasa takjub juga bangga dengan Logan bersaudara yang memiliki pemikiran tajam.

"Ada atau tidaknya Selene diantara kita, siapa yang peduli? Jika dia memang ingin bermain, maka kita undang dia dalam permainan kita. Aku tidak peduli mau berapa kali dia mengumbar rencana kita, yang harus kita lakukan hanya tinggal membuatnya lagi. Atau mungkin tidak perlu rencana sekalipun," sahut Leon santai sambil menyibak rambutnya ke belakang.

"Begitulah cara kerja orang-orang kuno yang ketinggalan zaman. Membosankan!" ucap Alarick tidak peduli dan justru memainkan liontin kalungnya.

"Kalian sepertinya santai sekali, padahal bisa saja penghianat itu sedang tersenyum lega sekarang." Bella memandang tercengang ke arah mereka yang terlihat santai tanpa beban.

"Don't worry, Bel..." Luca tersenyum manis, tapi sekejap kemudian senyum itu berubah menjadi smirk yang mampu membuat sebagian merinding. "Kita biarkan dia tersenyum lega sekarang, lagipula dia pasti tidak akan banyak tingkah di dalam kandang anjing liar ini. Makhluk liar itu berbahaya, sekalinya tertangkap maka akan di cabik-cabik sampai mereka puas."

𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Where stories live. Discover now