17| Will be Fun

100 36 66
                                    

Ada sebuah rumor yang terkenal di rumah sakit Haksaeng, rumor yang mengatakan jika tidak ada satupun penyakit yang tidak mampu di sembuhkan oleh dokter Nicklaus saat ia sudah menyentuhkan tangannya pada setiap pasiennya. Karena itulah ia di juluki Asklepios atau God of Healing dalam sejarah Yunani Kuno.

Jika kalian berpikir ia benar-benar memiliki kekuatan sihir untuk menyembuhkan seperti yang ada di film atau legenda kuno, maka kalian salah besar!

Bukannya mengobati seperti dokter pada umumnya, yang ia lakukan hanya mewawancarai pasiennya dengan sedikit sentuhan lembut yang menenangkan. Setelahnya pasien itu akan di bawanya memasuki ruangan khusus yang merupakan area pribadi dokter Nicklaus. Tidak lama kemudian, keduanya akan keluar dengan keadaan pasien yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Pasien-pasien yang datang sebagian besar adalah wanita, sedangkan pasien pria jarang ada yang menemuinya bahkan hampir tidak pernah. Memang jika di lihat dari segi fisik, dokter Nicklaus memiliki wajah tampan dan tubuh perfect sesuai idaman para wanita. Karenanya tidak salah jika pasiennya kebanyakan adalah wanita, bahkan banyak yang rela datang untuk membayar hanya untuk bertatapan dengan dokter Nicklaus.

Sayangnya rumor seperti itu sama sekali tidak membuat Delyva tertarik sedikitpun pada dokter Nicklaus yang sekarang tengah duduk di hadapannya. "Sebenarnya apa yang kau lakukan pada wanita-wanita itu di dalam sana?" tanyanya sambil menunjuk dagunya ke arah suatu ruangan dengan papan tulisan, Dr. Nicklaus's Treatment Room.

"Ada apa? Apa jangan-jangan kau juga ingin merasakan memasuki tempat pengobatan milikku, Iva-ya?" tawar balik pria itu dengan santainya.

"Shireo! Lebih baik aku tetap sakit daripada harus berobat padamu, Luca! Dokter aneh dan mesum!"

Mendengar perkataan Delyva yang terlalu blak-blakan membuat tawa Nicklaus Luca mengudara begitu saja, seolah olokan yang di tujukan padanya itu hanya suatu hiburan baginya. Bagi Luca, saat wanita tengah bersikap garang dan jual mahal semacam ini sebenarnya hanya untuk menutupi perasaannya sebenarnya. Pemikiran yang aneh tapi ia selalu yakin akan kebenarannya.

Luca menutup satu matanya lalu menaruh jari telunjuknya ke bibirnya, "Sstt! Jangan memanggilku seperti itu saat di rumah sakit. Sekarang aku adalah dokter Nicklaus."

"Jadi, dokter Nicklaus. Bisa tolong jelaskan alasan aku harus ikut denganmu ke rumah sakit ini?" tanya Delyva sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, "Dan, kenapa juga aku harus memakai seragam suster seperti ini?!" ia menekankan setiap perkataannya tidak lupa dengan pandangan tajam menuntut jawaban.

"Bukan suster, tapi asisten pribadi." Luca melepas kacamatanya dan menyandarkan tubuhnya nyaman dan membuat matanya langsung bersirobok dengan mata coklat Delyva. "Aku membutuhkan bantuanmu untuk melakukan sesuatu pada beberapa pasien di rumah sakit ini. Mereka adalah orang-orang yang cukup pantas untuk di curigai."

Penjelasan Luca barusan bukannya menjawab rasa penasarannya tapi justru semakin menambahnya. Delyva sebelumnya memang tidak pernah berurusan dengan rumah sakit, karenanya ia kurang paham kenapa orang sakit justru bisa di curigai.

Bukankah orang yang masuk rumah sakit itu hanyalah orang sakit? Apakah di antara mereka ada beberapa yang hanya berdalih hanya untuk menjadikan rumah sakit sebagai tempat persembunyian?

"Di rumah sakit tidak hanya orang biasa saja, Iva. Sebagian dari mereka juga merupakan orang penting atau mereka yang identitasnya patut untuk di rahasiakan. Karena itulah adanya ruang VIP, dan hanya beberapa orang saja yang bisa memiliki akses ke sana sampai mengetahui informasi tentang pasien."

Tubuh Delyva sontak membeku, penjelasan Luca barusan seolah menjawab sempurna pertanyaan yang baru saja terangkai di benaknya. Matanya menangkap sorot mata Luca yang seolah mengatakan –aku tahu semua yang kau pikirkan– dan entah kenapa itu membuatnya sedikit merinding.

𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang