16| His Arcana

120 38 68
                                    

"Leonard, apa hanya ini informasi tentang kasus pembunuhan itu?" tanya Bella saat ia baru menerima map berisi dokumen tentang kasus yang akan ia tangani bersama Jisung.

Leon hanya terdiam sambil menyesapi kopi miliknya sebelum menaruhnya kembali di meja makan. Ia lalu menatap Bella yang berdiri tepat di seberangnya yang menatapnya balik dengan ekspresi serius.

"Hanya itu informasi yang aku bawa, sebagian ada di Alarick."

"Alarick? Kenapa ada padanya? Kurasa kemarin masih ada padamu," ucap Bella dengan satu alis menukik ke atas.

"Jangan tanya padaku. Dia tiba-tiba saja menemuiku semalam dan mengatakan akan mengidentifikasi ulang informasi yang kami dapatkan," ucap Leon dengan nada datar tidak peduli, ia kemudian mengambil sepotong sandwich buah buatan Sean dan memakannya santai. "Kau temui saja dia."

Mendengar perkataan Leon yang begitu datar melebihi jalanan beraspal di luar sana membuat mood-nya sudah turun di pagi hari penuh semangat ini. Tanpa di pikirkan pun ia sudah tahu maksud sebenarnya perilaku Alarick ini, bahkan bisa ia bayangkan dengan jelas apa yang ada di pikiran pria itu sekarang ini.

"Jika kau menginginkan informasi lebih lanjut, minta maaflah terlebih dahulu kepada tuan Alarick yang sangat tampan ini!"

Demi dewa Neptunus penjaga lautan, rasanya Bella sekarang ingin sekali membakar lautan itu untuk melampiaskan api emosi yang menumpuk kepada Alarick. Bella lalu menjatuhkan tubuhnya pada kursi dan menghela nafas kasar, sungguh dosa apa yang ia lakukan sampai harus berurusan dengan pria kembaran alien ini.

Bicara tentang dosa sepertinya sudah banyak sekali karena ia seorang pembunuh bayaran, kalau begitu lebih baik jangan mengkaitkannya lagi dan anggap saja ini ujian untuk tingkat kesabarannya.

"Aku tidak peduli dengan masalah kalian. Tapi kuingatkan, sebaiknya jangan sampai berakibat pada kinerja kelompok kita."

Bella hanya bisa mengangguk dengan jantung berdebar, nada bicara Leon yang datar dan pandangan matanya yang tajam begitu mengintimidasinya. Rasanya ia seperti di hadapkan dengan predator mematikan, sedangkan dirinya hanyalah seekor anak beruang yang tidak bisa apa-apa.

Di tengah atmosfir ruangan yang begitu berat, tiba-tiba dari arah lain muncul seseorang yang langsung menghancurkan suasana berat tersebut.

"Good morning! Ini hari yang cerah untuk bekerja! Saatnya sarapan dan memulai hari dengan ceria!" seru Sean yang datang dengan hawa ceria.

Oh dewa Apollo, terimakasih sudah menurunkan kloninganmu untuk hidup di antara perkumpulan makhluk berhati dingin ini.., batin Bella dengan senyum terharu karena Sean telah menyelamatkannya dari suasana mencekam yang hampir mencekiknya.

Sean yang merasa barusan suasana ruangan begitu mencekam langsung menghentikan aksi bergoyang-goyang dan senyum cerianya. Ia lalu menatap Leon yang sedang sibuk memakan sandwich buatannya dan Bella yang menatapnya dengan sorot berbinar.

"Ehmm, apa aku mengganggu waktu kalian?" tanyanya canggung.

"Tidak, oppa! Kalau begitu aku pergi dulu! Good morning! Terimakasih atas virus cerianya!" ucap Bella cepat yang langsung berdiri sebelum akhirnya berlari pergi meninggalkan Sean yang masih mematung bingung.

Mata Sean masih menatap punggung Bella yang sudah tidak lagi terlihat, ia memiringkan kepalanya untuk memahami kejadian barusan. Sorot mata Bella barusan mengingatkannya dengan sorot mata Feyre saat berhadapan dengan jajaran novel saat di toko buku waktu itu. Diam-diam ia tersenyum tipis, mengetahui keunikan dua gadis baru di kelompoknya.

Sungguh ingatan yang menghangatkan hati, seandainya tidak di hancurkan oleh perkataan Leon. "Sean, kau terlalu banyak mencampurkan krim. Kemanisan. Lalu ada beberapa buah yang asam juga."

𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Where stories live. Discover now