29| Bereave

27 12 0
                                    

Luca sudah tiada.

Bella dan Delyva menghilang dari misi.

Leon meremat kaleng minumannya sampai hancur, sorot matanya memancarkan kemurkaan setelah mendengar informasi tersebut dari Dylan. Bahkan barusan ia juga mendapatkan informasi baru dari Seana yang mengatakan jika Cianna menghilang dari markas, begitupun dengan Feyre yang ditemukan disebuah gudang dalam keadaan yang kurang baik.

Semuanya berantakan. Ditambah ia kehilangan satu lagi partner berharganya, sebelumnya Victor dan kini Luca pun pergi meninggalkannya tanpa pamit.

Duagh!

"Sialan! Kenapa kau pergi dari kantormu, Lu?! Aku sudah memerintahkanmu untuk tidak mempertaruhkan nyawamu juga! Kenapa kau tidak menuruti perintahku?! Nicklaus Luca!" seru Leon mengamuk sambil meninju tembok beberapa kali sampai tangannya berdarah.

Ia mengamuk melampiaskan kemarahannya yang lagi-lagi gagal melindungi sahabatnya. Leon merutuki kebodohannya karena menuruti rencana Luca dan Victor untuk menjadi bayangan. Seharusnya sejak awal ia katakan dengan lantang jika dirinyalah ketua The Ruler yang pengecut dan lemah.

Setelah lelah memukuli tembok, Leon jatuh berlutut sambil terisak lirih. Ia menggigit bibirnya agar suara tangisnya tidak terdengar. Setidaknya ia ingin terlihat tegar dimata Victor dan Luca yang kini tengah mengawasinya dari atas sana.

Namun nyatanya sungguh sulit. Bagaimana mampu ia semudah itu bersikap tegar saat kedua keluarganya lagi-lagi terbunuh karenanya?

"Astaga Leon!"

Dylan yang baru saja membuka pintu kantor Leon sontak membelalakkan matanya. Ia berlari cepat kemudian membawa tubuh bergetar Leon ke dalam pelukannya. Merengkuh tubuh gemetar yang terlihat begitu rapuh, membiarkan tangis kepiluan terdengar menyapa telinganya, sedangkan tangannya memeluk erat membagi ketenangan.

"Aku gagal lagi, hyung. Aku ketua yang tidak berguna."

Mendengar suara tersendat penuh penderitaan itu membuat hati Dylan sangat nyeri. Karena ia tahu betul, Leon yang selalu dingin dan kuat ini memiliki ketakutan terbesar yang paling fatal bagi mental pria itu. Kehilangan.

Tidak ada yang jauh lebih menakutkan bagi Leon selain kematian seseorang yang berharga baginya. Bahkan mampu mengalahkan ketakutannya pada kematian yang sewaktu-waktu menyapanya juga.

"Kau tidak gagal, kau ketua yang hebat, Leon. Kami semua bersyukur telah bertemu denganmu yang mau mengulurkan tangan pada kami," bisik Dylan sambil mengelus lembut punggung Leon yang masih bergetar. "Kau mengajarkan kami untuk menjadi keluarga. Memberikan kami rumah baru dan sandaran yang jauh lebih nyaman—"

"Tapi aku membuat kalian hidup dalam bahaya!"

"Dasar bodoh. Sejak awal, kami semua memang sudah meregang nyawa." Dylan terkekeh kecil melihat Leon dengan mata sembabnya, sudah semirip anak kucing yang penuh rasa bersalah. "Jika waktu itu kau tidak menawarkan kesempatan pada kami—"

"—mungkin kami tidak akan hidup sampai detik ini."

Ekspresi Dylan lalu berubah melembut, ia tersenyum manis menunjukkan figur kakak tertua sambil menepuk puncak kepala Leon. "Kami berhutang nyawa padamu, Leon. Terutama hutangku yang sangat besar padamu karena kau telah menyelamatkan keluargaku satu-satunya."

"

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: May 19, 2022 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ