28| Hostage

26 11 0
                                    

  

Dengan nafas memburu Bella menyandarkan punggungnya pada dinding untuk sedikit mengistirahatkan tubuhnya. Namun ia tidak membuang-buang waktu, kedua tangannya bergerak cepat mengisi kembali amunisi Revolver miliknya. Ia memfokuskan pada pendengaran juga instingnya jika ada seseorang yang mendekati tempatnya bersembunyi kini.

Tangan kanannya meraba earset di telinganya, tapi sayangnya benda tersebut tidak ada di sana. Sepertinya terjatuh saat ia bertarung dengan salah satu agent wanita yang bisa dibilang keahliannya cukup menyulitkannya.

Apa dia salah satu eksekutif? Tapi dari yang dijelaskan Luca, The Breaker hanya memiliki empat eksekutif. Jangan bilang... dia Selene itu? Kalau begitu selama ini kami salah jika menganggap Selene adalah salah satu diantara kami, batinnya memikirkan identitas asli wanita yang kini menjadi lawannya.

Tadinya ia memasuki gedung ini bersama dengan Alarick, tapi di pertengahan jalan keduanya terpisah karena Alarick menjadi umpan agar dirinya bisa menyusup lebih dalam. Kalau tahu akan begini akhirnya, mungkin memang lebih baik ia yang menjadi umpan dan Alarick yang menyusup ke ruangan ketua untuk mencari informasi.

"Aku tahu kau bersembunyi dibalik dinding itu, Grim Reaper. Sebaiknya kau segera menyerahkan dirimu agar aku tidak harus membunuhmu."

Tubuh Bella kembali tegang saat telinganya menangkap suara wanita yang tadi mengejarnya, ia merutuki kehebatan musuhnya yang benar-benar hebat menyembunyikan keberadaannya. Bahkan jika mampu, sekarang ia ingin meneriakkan nama Alarick agar bisa membantunya.

Bertarung dengan luka sayatan di perut adalah kunci mempercepat kematian.

Alarick, aku rela jika harus menjadi pelayanmu seumur hidup! Kumohon tolong aku! Setidaknya biarkan aku mengucapkan maaf kepadamu..., batinnya sambil menggigit bibirnya menahan rasa sakit pada perut bagian bawahnya yang terluka.

Suara langkah kaki itu semakin mendekat ke arahnya, Bella semakin memejamkan matanya mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Ia siap jika harus bertarung lagi, bahkan walau artinya ia harus meregang nyawa. Tangan kirinya merogoh saku jaketnya untuk meraih bom kecil yang sudah Sean siapkan sebelumnya.

Tepat setelah wanita itu datang, ia akan menekan remote-nya dan membuat bom meledak dalam hitungan detik.

Semoga kau tidak masuk ke gedung ini, Alarick...

"Sebaiknya jangan kau tekan lagi, aku tidak berniat untuk mati disini denganmu."

Mata Bella kembali terbuka, ia menatap pria yang kini tengah berdiri di depannya. Tubuhnya menegang saat mengetahui siapa sosok tersebut, sorot mata dan senyum yang terukir di wajahnya sangat familiar di mata Bella.

"Kenapa bisa ada disini? Bagaimana dengan wanita itu—" perkataannya terpotong ketika ekor matanya menangkap tubuh wanita yang merupakan musuhnya sudah tergeletak dengan luka sayat lebar di leher.

Gaya bertarung yang sangat Bella kenal, bahkan pria dihadapannya kini menggendong tubuhnya dengan lembut seolah dirinya sangatlah rapuh. "Gomen Lala, aku sudah meninggalkanmu terlalu lama," bisiknya lirih lalu mengecup pelan dahi gadis itu.

"Baka, Niisan no baka..."

"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
𝐒𝐎𝐋𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀 [𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora