[7] Puisi Dadakan

378 138 14
                                    

"Jangan menatapnya dengan tatapan kasihan, karena yang dia butuhkan bukan rasa kasihan, melainkan rangkulan dan pelukan."

—Vianda Pramadita Arisanti—

—Vianda Pramadita Arisanti—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Happy reading•



Sepasang kaki Griz melangkah dengan santai di koridor lantai atas yang menjadi jalan menuju kelasnya. Tak jauh berjalan Griz sampai di depan pintu kelas XII IPS 1. Merasa tak melupakan apa pun Griz masuk lalu mendaratkan pantat di bangkunya.

Pagi itu kelas sudah ramai, karena bel masuk hanya kurang satu menit. Dan baru Griz melepaskan tas sekolahnya, bel masuk sudah terdengar nyaring ke setiap sudut kelas. Semua bangku terlihat sudah terisi, kecuali bangku di samping Griz.

Baru Griz bertanya dalam hati ke mana temannya, orang yang dia pikirkan sudah muncul dari pintu kelas. Dengan napas terengah-engah gadis dengan rambut dikuncir kuda itu berjalan ke arah Griz lalu duduk.

"Huh. Gurunya belum masuk, kan?" tanya Vianda menoleh ke arah Griz.

"Belum," jawab Griz. "Hari ini telat kenapa lagi?" tanya Griz penasaran dengan alasan keterlambatan Vianda hari itu.

Vianda memajukan wajahnya mendekati Griz lalu menjawab pertanyaan Griz dengan berbisik. "Gue tadi udah mau berangkat pagi, tapi gue pengen ke kamar mandi. Nah, terus ternyata eeknya keras, makanya telat lagi," cerita gadis itu dengan sangat jujur dan jelas.

Spontan Griz mendorong Vianda. "Gak usah diperjelas juga kali." Belum jadi mereka melanjutkan obrolan, terlihat Bu Ranti sudah menampakkan diri di ambang pintu kelas. Beberapa detik Bu Ranti menatap seisi kelas, baru kemudian guru berkacamata itu masuk.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Selamat pagi, Bu!" sahut seisi kelas.

Bu Ranti segera memimpin doa sebelum pelajaran dimulai. Selesai berdoa, Bu Ranti berdiri di depan kelas, menatap semua muridnya di kelas XII IPS 1 itu. "Sesuai janji kita kemarin, hari ini kalian akan maju satu persatu untuk membacakan puisi karya kalian yang sudah Ibu tugaskan minggu kemarin," kata Bu Ranti.

Griz mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan guru Bahasa Indonesia itu. "Hah? Puisi apaan?" tanya Griz pada Vianda di sampingnya.

Vianda menatap Griz tak percaya. "Lo lupa tugasnya Bu Ranti minggu kemarin?" Vianda terlihat tak percaya Griz melupakan tugas Bu Ranti, karena mengingat Griz adalah murid paling rajin yang tak pernah melewatkan tugas sekolah.

Griz langsung menepuk jidatnya. "Astaga, gue lupa." Raut wajah Griz terlihat sangat menyesal.

"Sumpah? Gak biasanya lo lupa sama tugas."

"Griz, Vianda, ada apa?" tegur Bu Ranti yang melihat dua muridnya justru asyik mengobrol. Griz dan Vianda langsung terdiam.

"E-engga ada apa-apa, Bu," jawab Griz.

GRIZELLA (TERBIT)Where stories live. Discover now