[12] Jangan Pisahkan Mereka

302 116 4
                                    

"Aku tak lagi memiliki siapa pun. Jadi, maaf jika aku terlalu takut kehilangan kamu, meskipun aku tahu hidupmu tak melulu tentang aku ataupun kita."

—Grizella Rahdian Anggraeni—

•Happy Reading•


"Griz!"

"Grizella Rahdian Anggraeni!"

Griz tak tuli, tetapi dia memang sengaja menutup telinga dan tak berniat untuk berhenti. Dhefin yang mulai tak sabar melangkahkan kakinya lebih lebar. Dan.

Sreg!

Tangan Dhefin berhasil menarik lengan Griz yang akhirnya membuat Griz mau tak mau berhenti. Gadis itu langsung melepaskan tangan Dhefin dari lengannya. "Lo mau apa, sih?!" kesal Griz.

Laki-laki berseragam acak-acakan lengkap dengan lebam di sudut bibir itu menatap Griz penuh harapan. "Ada yang—."

"Fin, hidung lo berdarah!" potong Griz terlihat panik melihat darah segar mengalir dari hidung Dhefin.

Dhefin langsung mengusapkan tangannya ke hidung dan ketika dilihat memang ada darah di sana. "Ah, gak pa-pa," ucap Dhefin begitu santai.

Griz berdecak. "Ck. Gak pa-pa gimana? Itu darahnya ngalir terus." Griz memindahkan tasnya ke depan. Gadis berambut pendek itu sibuk mencari sesuatu di dalam tas, sampai akhirnya Griz mengeluarkan tisu. "Duduk sini," Griz menarik lengan Dhefin, membawa laki-laki itu untuk duduk di bangku yang ada di dekat mereka.

Griz menyodorkan tisunya kepada Dhefin. "Bersihin pakek ini," suruhnya. Tangan Dhefin menerima tisu itu kemudian dibersihkan darah yang keluar dari hidungnya. Entah kenapa Griz terlihat tak sabar melihat Dhefin yang terkesan lambat. Diambil tisu lain yang masih ada di tangannya dan tak banyak bicara Griz mengambil alih untuk membersihkan darah di sekitar hidung Dhefin. Dhefin terdiam memperhatikan Griz. Seulas senyum tipis tercetak di wajah Dhefin.

Namun, tiba-tiba Griz menghentikan apa yang dia lakukan. Griz tersadar kalau seharusnya dia tidak melakukan itu atau yang ada Dhefin akan menyalahartikan sikapnya lagi. "Ni, bersihin sendiri," ujar Griz sambil memberikan tisu lagi ke Dhefin.

Dhefin membersihkan darah yang masih tersisa di sekitar hidungnya kemudian membuang tisu kotor itu ke tempat sampah yang ada di samping tempat dia duduk.

"Lo berantem sama siapa lagi?" tanya Griz yang sudah bisa menebak kalau sepertinya Dhefin baru saja berkelahi, karena melihat penampilan Dhefin yang acak-acakan dan ada lebam di sudut bibir laki-laki itu.

"Ternyata lo masih perhatian sama gue."

Griz menghela napas. Benar bukan? Apa yang dia lakukan tadi disalahartikan lagi oleh Dhefin. "Gak usah kePDan." Griz yang sudah malas dengan Dhefin berniat akan pergi. Namun, saat Griz akan berdiri Dhefin menahan lengan Griz. Griz menatap tangan Dhefin yang memegang lengannya. "Apa lagi?"

"Lo kenapa, sih, segak suka itu sama gue?"

Griz kembali melepaskan tangan Dhefin dari lengannya. Ditatap laki-laki di hadapannya itu. "Ada banyak alasan. Salah satunya sikap lo yang kayak gini," jawab gadis itu jujur. "Setop ganggu gue atau lo bakal jadi orang yang gue benci!" tekan Griz kemudia meninggalkan Dhefin. Dhefin yang masih duduk hanya diam menatap punggung Griz yang mulai menjauh.

GRIZELLA (TERBIT)Where stories live. Discover now