[34] Hutang Griz Pada Kanezka

232 67 1
                                    

"Aku takut kehilangan kamu, tetapi aku lebih takut kamu gak bahagia sama aku."

—Grizella Rahdian Anggraeni—

•Happy Reading•



Kaki Griz melangkah menuruni tangga menuju ruang tamu. Gadis itu sudah kembali segar setelah mandi dan berganti pakaian. Dengan baju santai Griz menghampiri Kanezka yang duduk sendirian sambil memainkan ponsel di sofa ruang tamu, karena Arghi sudah berada di kamar untuk tidur siang.

"Huh, akhirnya," ucap Griz sambil meluruskan punggungnya yang terasa pegal. Kanezka langsung menaruh ponselnya, karena dia lebih tertarik untuk mengobrol dengan Griz daripada memainkan ponsel.

"Capek, ya?" tanya Kanezka. Kepala Griz mengangguk mengiyakan. "Mau aku pijitin?" tawar Kanezka berbaik hati. Griz menyodorkan tangannya ke hadapan Kanezka. Kanezka tersenyum lalu dia pijat tangan Griz dengan telaten. Sesekali Kanezka menatap Griz yang juga menatapnya. Dan seperti biasa, ketika manik mata mereka bertemu, Griz pasti mengalihkan pandangannya. "Manis sekali." —batin Kanezka.

Kanezka memijat lagi tangan Griz lalu ketika dia memijat tangan kiri Griz dia melihat masih ada beberapa bekas luka di sana. "Jangan disakiti lagi, ya, tangannya. Kasihan," kata Kanezka sambil mengusap lembut bekas luka di tangan Griz itu. Griz menatap tangannya sendiri.

"Kamu tahu, Griz, hal apa yang bisa buat aku sakit lebih dari sekedar luka, karena pecahan kaca?" Kanezka menggantung ucapannya. "Itu adalah saat kamu buat aku khawatir. Hal itu lebih sakit daripada tangan aku luka, karena pecahan kaca," lanjutnya dengan manik mata yang tak lepas dari manik mata cokelat Griz.

Tatapan Griz beralih menatap pergelangan tangan kiri Kanezka yang di sana terlihat ada bekas luka, karena kejadian empat bulan lalu. Tangan kanan Griz menyentuh bekas luka itu.

"Kejadian malam itu ngebuat aku marah dan kecewa sama diri aku sendiri, karena aku merasa udah gagal jagain kamu. Aku selalu berpikir aku yang paling tahu tentang kamu. Tapi ternyata aku salah. Masih ada banyak hal yang aku gak tahu. Aku bodoh, karena telat sadar akan hal itu," ucap Kanezka menyesal. Griz menggelengkan kepalanya, tak sependapat dengan apa yang dikatakan Kanezka.

"Aku minta maaf, Griz," ucap Kanezka.

"Engga, Ka. Kamu gak salah. Kamu gak seharusnya minta maaf," kata Griz.

"Kamu inget, kamu masih punya utang sama aku?" tanya Kanezka membuat kening Griz menggelombang, karena berusaha mengingat apa hutangnya pada Kanezka. "Sebagai ganti aku pernah jadi pacar pura-pura kamu," ucap Kanezka mengingatkan.

Ah, ya! Kanezka masih menyimpan apa yang dia inginkan sebagai ganti telah mau menjadi pacar pura-puranya dulu. "Ah, iya. Aku inget," kata Griz.

"Aku mau minta sesuatu sekarang," kata Kanezka. Griz menatap laki-laki itu penasaran, namun juga sedikit was-was, takut jika Kanezka meminta hal yang aneh-aneh dan sulit untuk bisa dia berikan.

"Kamu mau minta apa?" tanya Griz.

Kanezka menggeser pantatnya sehingga memangkas jarak antara dia dan Griz yang duduk di sampingnya. Untuk beberapa detik manik mata mereka kembali bertemu. Kali itu Griz tak mengalihkan pandangannya. Keduanya saling menatap, berusaha mencari tahu apa yang ada di pikiran satu sama lain.

Kulit tipis Griz bisa merasakan tangan hangat Kanezka menyentuh punggung tangannya. Gadis itu masih menunggu sampai terlihat mulut Kanezka mulai bergerak untuk menyampaikan permintaannya.

"Aku minta, kasih aku izin untuk jadi seseorang yang tahu tentang kamu, tanpa terkecuali. Aku mau jadi seseorang yang bisa kamu percaya untuk jagain kamu sama Arghi. Aku mau jadi rumah untuk kamu," pinta Kanezka serius.

GRIZELLA (TERBIT)Where stories live. Discover now