[33] Wisuda SMA

166 68 1
                                    

"Jangan kamu buang masa indah kita bersama, karena tak ada hal yang mampu membeli ataupun menggantikan masa itu."

—Anonim—

•Happy Reading•



Hari wisuda SMA Bratindra.

Dua bulan setelah pengumuman SNMPTN.

Di depan sebuah cermin besar berdiri seorang gadis yang memakai kebaya berwarna krem dengan rambut dicepol ke belakang. Wajah manisnya sedikit dipoles dengan make up. Dipandangi dirinya sendiri di cermin besar itu.

"Cantik!" seru seseorang dari arah belakang. Gadis itu dan dua perempuan lainnya yang ada di kamar kompak menoleh ke sumber suara.

"Kapan coba calon kakak ipar gue gak cantik?" tanya Kyra pada Kanezka. Kanezka yang tadi berdiri di ambang pintu kamar Kyra melangkah masuk. Dia berdiri tepat di hadapan Griz. Dipandani gadis berusia 17 tahun yang terlihat sangat cantik dengan kebaya krem itu.

"Udah punya gambaran, kan, besok kalau tunangan gimana?" ucap Davina menggoda putranya. Griz tampak cantik itu hasil polesan dirinya.

Griz menoleh ke arah Davina. "Tante," rengek Griz membuat Davina, Kyra, dan Kanezka terkekeh.

"Arghi udah siap?" tanya Davina pada Kanezka.

"Udah!" sahut Arghi dari arah belakang Kanezka.

"Nah, itu," kata Kanezka.

"Ya Allah, ganteng banget, sih," puji Kyra saat melihat Arghi sudah rapi dengan baju batik.

"Berangkat sekarang?" tanya Davina pada Griz dan Arghi.

"Ayo, Tante," setuju Griz.

"Oke. Bunda nemenin Griz wisuda dulu. Kyra jagain rumah. Kalau mau pergi kabarin Ayah, Bunda, atau Kakak kamu. Kanezka juga hati-hati berangkat kuliahnya," pesan Davina pada kedua anaknya.

"Siap, Bunda!" jawab Kyra. Gadis itu sudah tidak lagi pergi ke sekolah, karena dia sudah wisuda kemarin.

"Kalian hati-hati juga," pesan Kanezka.

Setelah itu Griz berangkat ke SMA Bratindra bersama Davina dan Arghi, sementara Kanezka berangkat ke kampus, karena dia ada kelas pagi.

•••

"Griz!" panggil Vianda dengan tangan yang melambai di atas. Griz melambaikan tangan juga. Vianda mencincing roknya lalu berlari menghampiri Griz yang baru saja sampai di sekolah.

"Hati-hati, Vi, astaghfirullah," kata Griz takut Vianda jatuh. Vianda justru menyengir ketika dia sudah berdiri di depan Griz.

"Hai, Arghi," ucap Vianda menyapa Arghi.

"Hai, Kak Vianda. Lama gak main ke rumah."

"Ah, iya. Maaf, ya. Besok, deh, Kakak main."

"Oke, ditunggu," jawab Arghi.

Vianda menunduk sopan lalu menyalami Davina saat Davina yang berdiri di samping Arghi melemparkan senyum ramah kepadanya.

"Calon mertua?" tanya Vianda berbisik di telinga Griz, namun masih bisa didengar oleh Davina. Dan itu membuat Davina tersenyum. Griz reflek memukul lengan Vianda sedikit keras. Bisa-bisanya mulut Vianda mengatakan itu di depan Davina langsung.

"Iya, saya calon mertuanya Griz," jawab Davina membuat Vianda menutup mulutnya sendiri. Gadis yang juga memakai kebaya warna krem itu terlihat sangat girang. Tangannya memukul lengan Griz gemas. Griz mencubit lengan Vianda menyuruh gadis itu untuk diam. Sungguh Vianda tak ada bedanya dengan Kyra. Heran lagi kenapa Davina justru menanggapi.

GRIZELLA (TERBIT)Where stories live. Discover now