2 - Who?

95K 10.2K 363
                                    

◌⑅⃝●♡⋆🦋HAPPY READING🦋⋆♡●⑅◌



****

Dengan baju piyama dan satu pasang sandal bulu. Ellie melangkah untuk keluar gerbang rumahnya. Hari sudah malam dan ini kebiasaan Ellie untuk mengintip apakah Ravin tengah menongkrong di depan rumah atau main ke tempat temannya.

Ellie mengintip lewat sela-sela besi gerbang yang menjulang. Dirinya dapat melihat rumah Ravin yang lumayan ramai. Senyumnya seketika terbit, di sana terlihat Ravin tengah memegang gitar dan tak banyak dari temannya yang bernyanyi.

Seharusnya Ellie tidur saja sekarang. Karena Ellie yakin, ketika ia tidur maka tidurnya akan sangat nyenyak karena mendengar alunan melody dari Ravin yang begitu indah.

"Omaygottt. Kok panas ya?" gumam gadis itu sembari mengelus lehernya yang terasa panas. Padahal malam ini suasananya cukup dingin.

Pipi Ellie menggembung ketika Ravin dengan tampannya menyugar rambut lalu kembali fokus memetik gitar.

Ravin ini bukan bad boy ataupun cowok yang brandalan. Jika dilihat-lihat selama satu tahun tinggal di daerah yang sama, Ellie dapat menilai bahwa Ravin cowok yang baik-baik.

"Ellie."

"Hm?"

"Ellie ...."

"Apaaa?" jawab Ellie yang masih fokus mengintip Ravin. Tak lama kemudian, gadis itu melotot lebar. Matanya mengerjap lalu kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri.

"Eh, siapa tadi yang manggil?" gumam gadis itu. Suara yang ia dengar adalah suara lelaki. Serak dan begitu berat. Ellie merasa tubuhnya seketika merinding.

"Nggak, nggak boleh mikir macem-macem. Itu pasti salah denger," ujar Ellie meyakinkan diri supaya tidak takut. Gadis itu kembali fokus mengintip Ravin.

"Nakal, ya?"

Deg!

"HUAA, SETAAN!" Ellie refleks berlari keluar gerbang dan menuju ke rumah Ravin yang berada di depan rumahnya. Gadis itu berlari tanpa melihat arah, tangannya menutup telinga dengan rapat.

Ravin dan teman-temannya langsung berhenti bernyanyi. Ketika melihat Ellie yang berlari terbirit-birit, Ravin dengan gesit meletakkan gitarnya di atas meja. Lalu ia berlari menghampiri Ellie.

"Ellie, ada apa?!"

"Huaa Kak Ravin, tolongin Ellie. Di rumah ada hantu!" Ellie memeluk Ravin begitu erat, menenggelamkan kepalanya di dada cowok itu supaya merendam rasa takut.

Ravin mengeriyit. Ia melihat halaman depan gerbang rumah Ellie, tidak ada apapun. Bagaimana bisa Ellie melihat hantu?

"Ellie, mungkin lo salah liat," ujar Ravin.

Ellie menggeleng kuat. "Bukan salah liat! Tapi tadi ada suaranya, Kak!"

"Mungkin lo salah denger," sahut salah satu teman Ravin. Ellie kembali menggeleng. Suara terakhir yang ia dengar tadi begitu jelas, bahkan bulu kuduknya langsung berdiri.

Ravin mencoba menenangkan Ellie dengan cara mengelus rambut gadis itu naik turun. Ellie yang nafasnya masih tersenggal-senggal mencoba untuk normal.

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang