9 - Brata

76.7K 9.2K 332
                                    

◌⑅⃝●♡⋆🦋HAPPY READING🦋⋆♡●⑅◌



*****

"Brata," panggil Abintara kepada anaknya yang kini tengah menatap lurus bangunan-bangunan pencakar langit melalui dinding kaca apartemen.

Brata tak menoleh. Cowok itu hanya melirik ayahnya sekilas, lalu membuang nafas pelan.

Abintara mendekat. Ia menepuk punggung Brata. "Sudahlah, kamu jangan merasa bersalah, Brata," ujarnya yang tahu kegelisahan dan guratan kekhawatiran dari wajah Brata.

Brata menunduk menatap jalanan yang sepi karena hari sudah tengah malam. "Ellie sendirian, Dad."

"Dia gak akan sendiri. Ada kamu, kan?"

"Brata belum berani muncul di depannya secara langsung," kata Brata menghela nafas gusar.

"Kenapa?" tanya Abintara. "Katamu selama ini kamu selalu ada di samping Ellie?"

"Brata cuma ngikutin ke mana Ellie pergi secara diam-diam," balas Brata membuat Abintara menggeleng-gelengkan kepala. Ia pikir anaknya sudah menunjukkan diri di hadapan Ellie, tapi ternyata belum.

"Bagaimana nasib Ellie nanti, Dad?" tanya Brata. Ia menghadap ke belakang, berhadapan langsung dengan Abintara yang berdiri sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Kamu yang tentukan, Brata. Jika kamu cepat bertindak, nasib Ellie gak akan buruk."

"Tapi Brata gak akan muncul sebelum tuntasin kasus kematian om Tama," tutur Brata. Cowok itu berjalan ke arah sofa, dan duduk di sana. Ia memijat pelipisnya karena merasakan pusing.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah tau kalau kasus kecelakaan Tama dan Fiona sudah direncanakan oleh seseorang?" tanya Abintara yang sukses membuat Brata menoleh.

"Tama memang banyak musuh di masa lalu," sambung Abintara yang bergantian menatap jalanan. "Bahkan setelah dia memutuskan untuk tidak menjadi seperti ayah lagi, musuhnya masih mencarinya."

"Daddy tau siapa yang memusuhi om Tama?"

Abintara menggeleng. "Tama lebih memilih menuntaskan permasalahannya sendiri. Tujuh tahun dia jauh dari kita, dan selama itu kita gak tau apa aja yang sudah Tama alami, bukan?"

"Brata, apa kamu akan benar-benar membalaskan dendam setelah tahu siapa dalang dibalik kecelakaan Tama?" Abintara menantap anaknya serius.

"Ya. Brata gak akan tinggal diam, Dad. Om Tama seperti ayah kedua bagi Brata."

"Daddy rasa jangan, Brata," ujar Abintara membuat Brata mengerutkan alisnya, bingung.

"Maksud Daddy?"

Abintara berjalan mendekati sang anak. Pria paruh baya dengan badan kekar itu bersedekap dada.

"Biar Ellie yang membalaskan dendam."

Brata langsung menggeleng tegas. "Daddy gila?! Ellie gak mungkin bisa. Dia cuma gadis biasa."

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang