30 - MEMBULLY ATAU DIBULLY?

62.6K 7.7K 1.6K
                                    

Jangan lupa vote dan penuhin kolom komentar🖤

****

Ellie langsung merubah posisi semula menjadi duduk. Ia menatap Brata tajam tetapi terlihat akan sirat bingung mengenai bagaimana Brata bisa tahu bahwa dirinya yang membuat rumah Alenzio hancur dan terbakar.

"Maksud Kakak apa?" tanyanya dengan tampang yang pura-pura tak mengerti. Ellie memang tipekal orang yang pandai memainkan ekspresi dan pandai memasang topeng wajah untuk menutupi sikap aslinya.

Brata mengangkat kedua alisnya ke atas. Sebenarnya ia tak ingin berkata demikian, tapi entah mengapa ia hanya ingin melihat bagaimana respon Ellie ketika dirinya mengatakan hal tadi. Ia juga ingin membuktikan bahwa tebakkannya dan Abintara tidak salah.

"Lupain." Cowok itu bangkit dari duduknya dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Ayo ke kelas, Ellie. Bel masuk udah mau bunyi."

Melihat Brata yang akan menjauh, sontak Ellie mencengkram lengan kekar itu kuat. Brata yang mendapati perlakuan tersebut langsung menoleh. Kini Ellie menatapnya datar.

"Jawab," desak Ellie.

Brata berbalik sembari melepaskan tangan Ellie secara perlahan. "Kamu tenang aja. Saya gak akan laporin kamu ke polisi perihal kejadian yang kamu perbuat kemarin." Lalu ia mendekat ke arah telinga Ellie. "Karna saya, ada di pihak kamu, Ellie."

Bukan masalah Brata akan melaporkannya atau tidak ke polisi, tapi yang Ellie ingin pertanyakan kenapa Brata bisa tahu jika ia pelakunya? Apakah cowok itu menguntitnya kemarin? Kalau memang benar, Ellie harus bisa menjaga jarak dengan cowok itu.

"Tapi Ellie gak bisa percaya gi---"

"Ellie!"

Ucapan Ellie terhenti. Keduanya langsung menoleh ke arah sumber suara. Berta yang tadi memanggil nama Ellie kini berlari menghampiri mereka.

"Ell! Lo masuk final model humas!"

"Serius?"

"Iya. Dan lo sekarang harus ke aula lagi buat pemotretan akhir. Abis itu tinggal nunggu voting."

Ellie mengangguk paham. "Tapi, gue final sama siapa?"

"Kak Emil," jawab Berta malas. "Lo tenang aja, lo pasti bakalan menang. Ya, kan, Kak?" Berta beralih menatap kakaknya.

Brata yang dilempari pertanyaan itu mengangguk dengan tersenyum ke arah Ellie. "Saya dukung kamu, Ellie."

Ellie hanya tersenyum simpul tak mau menatap Brata sama sekali. "Ayo kita ke aula."

Berta mengangguk. "Kak, kita pergi dulu," pamitnya pada Brata dan melangkah pergi mengikuti Ellie.

Melihat itu, Brata mencekal lengan Ellie. Gadis yang ditahan pun menoleh dengan alis mengerut. Bahkan Berta juga ikut berhenti.

"Ellie, mungkin banyak orang yang bilang Emil itu primadonanya SMA UNIVER'S. Tapi secantik-cantiknya dia, di mata saya tetap kamu yang paling cantik. Bahkan Emil gak ada apa-apanya dari kamu. Jadi, tetap percaya diri di pemotretan nanti, jangan gerogi dan jangan insecure. Karena kamu adalah wanita tercantik yang pernah saya kenal."

****

Selesai pemotretan dan mengganti dress menggunakan seragam sekolah kembali, kini Ellie masuk ke dalam toilet guna menghapus make up. Para sahabatnya mendadaninya terlalu berlebihan membuat ia tak tahan untuk segera menghapus jejak make up itu.

Berdiri di depan wastafel dan cermin, Ellie membuka pouch make up milik Silva yang ia bawa. Gadis itu mengambil kapas dan meneteskan Micellar Water di kapas tersebut, lalu membersihkan ke wajahnya yang penuh cemong-cemong.

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang