18 - I'm by your side, Ellie

73K 8.6K 210
                                    

HAPPY READING!

Plis jangan jadi sider, dong.

Yuk komen di setiap paraghraf:>

*****

.... Agar melaksanakan wasiat di atas, maka dengan ini saya mengangkat Ellie Angelina Zovanka anak saya, sebagai pelaksana surat wasiat ini. Kepadanya saya berikan semua hak dan kekuasaan yang menurut undang-undang diberikan kepada pelaksana wasiat, terutama hak untuk memegang dan mengurus serta menguasai semua harta peninggalan saya, sampai kepadanya diberikan pengesahan dan pembebasan sama sekali.

Ellie membaca surat wasiat yang Alfred bawakan dengan raut tak terbaca. Semua yang Tama punya baik di Amerika dan Indonesia diberikan kepadanya. Mungkin Ellie bisa menjamin dirinya tak akan kehabisan uang seumur hidup. Tetapi bukan ini yang ia inginkan, ia hanya ingin kedua orang tuanya masih berada di sisinya.

"Jangan menangis," ujar Alfred saat melihat Ellie sama sekali tak berkedip. Tatapan gadis itu terlihat kosong.

Ellie merotasikan matanya menatap Alfred. "Siapa yang menangis? Matamu rabun?"

Alfred terkekeh. "Jadi, sudah tahu, kan, bagaimana isi surat wasiat yang telah ayahmu berikan? Dari rumah, tanah, perusahaan, uang, kendaraan, hotel, dan lainnya sekarang sudah ada di tanganmu."

"Iya." Hanya itu respon dari Ellie. Dirinya menutup map yang berisi surat wasiat tadi.

Gadis itu memilih bangkit dari sofa ruang tamu yang ia tempati bersama Alfred. Lantas ia melangkah hendak menuju ke kamarnya.

"Nona."

Ellie berhenti. "Apa?"

"Ayahmu pernah mengatakan, bahwa perusahaan yang sekarang menjadi milikmu akan aku handle dulu sampai kau lulus kuliah. Karena tidak mungkin kau yang masih sekolah bisa menanganinya sendiri."

Ellie terdiam, berfikir. Tidak masalah, toh ia juga belum tahu bagaimana cara bekerja dan menjadi atasan di perusahaan ayahnya sendiri.

"Lakukan yang terbaik, Alfred. Jangan sampai perusahaan ayahku bangkrut," lontar Ellie sedikit mendesis karena kepalanya pusing.

Alfred mengangguk tegas. Sudah tugasnya untuk melaksanakan dengan baik pekerjaan yang Tama berikan.

"Oh, ya, Nona," panggil Alfred lagi yang seketika membuat Ellie kembali berhenti di undakan anak tangga.

Ellie menoleh dengan tampang malas. Dirinya sudah mengantuk, dan tidak ada yang tahu bahwa saat ini ia tengah kehilangan gairah semangat.

"Hm?"

"Ada yang ingin kubicarakan. Tapi sepertinya kau mengantuk. Mungkin lain kali saja?" Alfred jadi tak enak melihat raut gadis itu.

"Iya. Aku ngantuk, boleh aku tidur?"

"Sure," angguk Alfred.

Ellie pun masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Alfred yang kini sudah duduk dengan membuka map lain. Pria itu bimbang, haruskah ia memberitahu Ellie sekarang atau lain waktu perihal wasiat Tama selain harta warisan.

Masuk ke kamar, Ellie langsung duduk di tepi ranjang. Atensinya mengarah pada tanggalan di atas meja nakas.

January 1st, my birthday! Begitulah Ellie memberikan tanda pada tanggalannya.

"Lusa umur gue tujuh belas tahun. Setelah itu, gue harus bisa tumbuh dewasa sendirian." Ellie bergumam, ia mengambil sebuah bingkai foto di mana ia dan kedua orang tuanya tersenyum ceria di hadapan kamera.

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang