29 - KEBAKARAN

69.1K 8K 1.3K
                                    

Seseorang dengan wajah yang dibaluti slayer hitam serta kepala yang ditutupi tudung hoodie itu turun dari atas motor Kawasaki Ninja H2 miliknya. Mata tajamnya menatap sebuah bangunan rumah mewah bercat putih dengan campuran emas. Sudut bibirnya tertarik ke atas mengingat bagaimana bangunan mewah itu akan hancur dalam hitungan menit di tangannya nanti.

Kepalanya menengok ke kanan dan kiri. Suasana sekitar nampak sepi akibat jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari di mana kebanyakan orang tengah tertidur lelap. Sedangkan dirinya tak bisa tidur karena harus melakukan sesuatu yang membuatnya tenang setelah seharian banyak pikiran.

Dengan mudah ia masuk ke halaman rumah elit di depannya yang tidak memiliki gerbang. Jika diperkirakan, rumah ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan rumah miliknya. Maka tidak masalah jika dalam satu jentikan jari ia menghancurkan bangunan tersebut tanpa rasa kasihan kepada si pemilik.

"Let's do it," gumamnya yang membuka pintu rumah tersebut menggunakan alat yang ia bawa. Di dalam saku hoodie-nya ada beberapa alat yang bisa melancarkan aksi kecilnya saat ini.

Sepi dan gelap. Itulah yang ia tangkap ketika berhasil membobol pintu utama. Bukannya bau emas ataupun bau perak, rumah ini malah berbau alkohol yang membuatnya seketika berlagak ingin muntah. Selain ia yakini si pemilik adalah seorang CEO, ia juga yakin bahwa CEO tersebut memainkan banyak jalang di rumah ini.

Tak mau menghabiskan waktu hanya untuk melihat banyaknya pecahan botol minuman keras di lantai, ia langsung melesat menuju dapur. Memang apa yang akan ia lakukan di sana? Yang pastinya bukan untuk mencuri makanan atau mengambil minum karena haus.

Dapur dengan pencahayaan yang temaram itu membuatnya menjadi mudah untuk mencari sebuah tabung gas di bawah meja. Ia tersenyum lagi, lalu dirinya berjongkok dan mengambil sesuatu di dalam saku hoodie-nya.

"Ini hanya kehancuran kecil," gumam orang itu menghidupkan kompor dan meletakkan sebuah bom waktu di dekat tabung gas. Ia lalu menekan tombol di bom waktu tersebut agar hitungan mundur dimulai.

"Satu menit dimulai." Ia terkekeh dengan intonasi datar membuat raut bengisnya terlihat meskipun tertutupi sebuah slayer.

Untuk menghabiskan waktu satu menit, ia segera keluar dari dapur. Langkahnya terhenti saat melihat sebuah foto keluarga yang dipajang begitu besar di dinding. Mulutnya seketika mendesis sinis, dengan mudah ia mengambil foto itu dan membawanya keluar.

Sampai di halaman luar, tangannya dengan enteng meninju kaca yang membaluti foto itu membuat kaca tersebut seketika pecah berkeping-keping. Ia pun mengeluarkan sebuah pisau kecil dari dalam sepatu yang ia pakai, menusuk dan merobek dua manusia di dalam foto tersebut hingga wajahnya tak lagi jelas. Lantas ia mengambil pilok di saku hoodie-nya dan menyemprotkan noda pilok bewarna merah darah itu ke foto.

Beg me after this, Bastard!

[Mengemislah padaku setelah ini, Bajingan!]

Setelahnya ia membuang foto itu ke halaman rumah agak jauh agar tidak ikut terbakar. Lantas ia berjalan santai menuju motornya berada, memilih duduk di sana dan menunggu ledakan menggelegar tiba.

Jarak motornya dengan rumah itu cukup jauh sehingga ia tidak akan terkena ledakan bom waktu yang ia pasang.

"Three, two, one ...."

DUAR!!

Ledakkan akhirnya terjadi dengan menghasilkan suara yang begitu menggelegar. Bangunan yang tadi masih terlihat utuh dan mewah kini hancur seketika dengan puingan-puingan tembok yang berjatuhan di sekitar halaman. Disusul api yang makin lama makin besar membakar rumah tersebut beserta isinya.

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang