36 - FIRST AND LAST(?)

67.5K 7.4K 3.5K
                                    

Hallo, do you miss me?

Siapa yang katanya udah karatan nunggu BRATA update?😫

Gak boleh karatan dong, aku cuma gak up 2 minggu lebih kok, bahkan aku ngerasa baru gak up 4 hari wkwk

Cuma mau bilang, ini aku percepat ya alurnya. Gak mau lama-lama

Lemes ngetik karena ini😫⬇️

Lemes ngetik karena ini😫⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦁💗


|Happy Reading|

****

Seseorang dengan jaket kulit bewarna hitam dan celana jeans senada kini memasukki sebuah ruangan bernuansa putih disertai bau obat-obatan yang begitu menyengat di indra penciumannya. Laki-laki itu berjalan angkuh, bahkan tangannya terlihat dimasukkan ke dalam saku celana.

Sampai di samping sebuah brankar, di mana tempat seorang cowok yang kemarin habis dioperasi, lelaki itu terlihat menggeleng-gelengkan kepala berulang.

"Lemah," cibirnya terkekeh sinis.

Alenzio, cowok yang terbaring di atas brankar itu membuka matanya yang tadi terpejam. Sontak ia langsung menatap tajam pada lelaki yang kini menatapnya remeh.

"Ngapain lo ke sini?!" tanya Alenzio sarkas.

Lelaki yang ditanyai hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Ia menggeret kursi di samping brankar, dan duduk di sana. "Hm, apalagi selain jenguk orang lemah."

"Sialan!" maki Alenzio membuang arah muka. "Mending lo pergi daripada buang-buang waktu berharga lo di sini."

"Lo bener," angguk lelaki itu membuat Alenzio mendelik. "Tapi ada yang mau gue omongin ke lo," lanjutnya melipat kedua tangan di depan dada.

"Kenapa lo nyulik Ellie dan nyakitin dia, Alenzio? Gue udah peringatin lo, kan? Apa kurang jelas gue ngomong kemarin, hah?!"

Alenzio merotasikan bola matanya malas. Apakah lelaki di hadapannya ini tidak tahu kondisi? Saat ini kondisi dirinya belum terlalu pulih, bahkan masih banyak selang yang memenuhi tubuhnya. Belum tahu saja sepasrah apa Alenzio kemarin saat Ellie menusukkan pisau tepat di dadanya, Alenzio saat itu benar-benar merasa dirinya akan mati. Namun, ia bersyukur karena sekarang masih bisa bernafas karena anggota gengnya dengan cepat melarikannya ke rumah sakit.

"Gue muak. Gue marah. Dia bakar rumah gue kayak bakar sampah. Seenaknya dia hangusin semua harta yang keluarga gue punya?! Gue gak bisa biarin dia hidup tenang! Gue gak akan bisa diem aja! Gak perduli lo yang ngelarang gue buat gak ngelukain dia. Tujuan gue tetep jadi yang utama dalam tindakan gue!"

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang